52

5.3K 550 42
                                    

Happy reading guys :D
.
.
.
.
.

"Alfian." Putri mengejar Alfian yang berjalan tidak jauh di depannya.

"Hoi, Put." Alfian berhenti berjalan dan menoleh ke Putri.

"Udah nggak waras lo ya? Otak lo kemana? Bego banget, sih." Putri langsung melontarkan makiannya.

Alfian seketika ingin menutup telinga detik itu juga, baru mendengar beberapa patah kata dari Putri, tapi telinga Alfian sudah panas mendengar ocehan yang sedang mengarah kepadanya. Alfian mengusap wajah dan mencoba untuk bersabar, bola mata Alfian melihat ke tempat lain, walau wajahnya menghadap Putri.

"Lo kenapa dateng-dateng malah marah kayak orang sarap gini? Santai girl, coba ngomong pake nada yang lemah lembut, dibumbui senyuman, dan anggun. Biar laki-laki juga enggak takut ngedekatin lo," ucap Alfian.

"Gue nggak butuh saran dari lo. Sekarang yang gue permasalahin kenapa lo bego banget sih, Al." Putri memegang kepalanya pusing. "Jauhin Ani, beberapa hari ini gue perhatiin lo nempel terus sama dia, lo kayak nggak ada cewek lain aja. Terus Diana gimana? Jangan main-main dengan perasaan perempuan. Pokoknya gue nggak setuju kalau lo sama Ani," tolak Putri.

Alfian mencubit pipi Putri gemas, membuat Putri meringis dan segera menepis tangan Alfian dari wajahnya. Alfian tertawa melihat sepupunya itu, ternyata kebenciannya terhadap Ani masih sama.

"Kenapa? Ani cantik kok, Put. Gue suka," ujar Alfian sambil menunjukkan deretan giginya.

"Lo kesambet apa sampai ngomong kayak gitu? Jangan-jangan lo dipelet lagi sama Ani?" Putri menatap Alfian menyelidik.

"Iya dipelet cinta. Pokoknya lo enggak boleh menghalangi gue, karena sejatinya hati nggak bisa dipaksa, seberapa keras lo menantang kalau gue mau, lo bisa apa?" Alfian menaikkan sebelah alisnya, tangannya terulur menggapai leher Putri dan memitingnya pelan.

"Jangan pegang-pegang," marah Putri melepaskan tangan Alfian. "Gue nggak akan biarin lo sama Ani, kalau sampai itu terjadi gue sama Geri akan hapus lo dari daftar sepupu kami." Putri pergi dari hadapan Alfian dengan wajah marah ingin mencakar orang.

"Alah kayak lo bisa aja hapus gue dari daftar sepupu." Alfian terkekeh.

Perlahan senyum Alfian mulai memudar melihat punggung Putri yang semakin menjauh. Alfian memegang dadanya sesak, matanya berubah menjadi sayu. Alfian mengadah ke atas, melihat langit-langit atap koridor kelas dua tempatnya sekarang.

Pilihan lo tepat kok, Al, batin Alfian menyemangati.

Alfian melanjutkan langkah yang tertunda, keadaan sekolah sudah sepi karena bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu. Alfian dan Putri pulang terlambat karena sedang rapat Osis untuk pergantian pengurus yang sebentar lagi akan menggantikan mereka. Baru beberapa langkah Alfian berjalan, tapi kakinya mau tidak mau harus berhenti tepat di depan kelas sebelas IPA 3.

Alfian mengintip dari kaca jendela, terlihat Ani, Eriska, dan Anisa yang masih berada di dalam kelas, ketiganya membahas sesuatu yang menarik perhatian Alfian.

"Terus-terus gimana? Apa rencana lo?" tanya Eriska yang duduk menghadap Ani di depannya.

"Kakek gue dan Kakek Geri berteman sejak kecil, gampanglah tinggal ngelanjutin aja perjodohan yang memang sudah direncanakan sejak lama," jawab Ani.

"Bukannya Geri nolak keras ya?" kali ini Anisa yang bertanya.

Ani tersenyum miring. "Itu masalah kecil, bisa diatur."

Yasinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang