58

8.9K 577 42
                                    

Happy reading guys :D

Alfian berusaha untuk bangkit, tapi tetap saja usaha yang dilakukannya sia-sia. Pandangan Alfian masih memburam kepalanya pening bukan main, tubuh Alfian semakin melemas ia menatap harap ponsel yang masih menyala tidak jauh darinya.

Semoga Kakek berubah pikiran saat mendengar rekaman itu, batin Alfian.

Alfian menggeram marah. Alfian marah pada dirinya sendiri karena telah gagal mencegah Ani pergi ke pesta ulang tahun Tyo. Alfian sangat mengkhawatirkan Geri, ia tidak mau sampai Geri lebih merasakan sakit dari yang sebelumnya.

Tangan Alfian bertumpu pada kaki kursi tepat di samping tubuhnya, Alfian berusaha untuk bangun. Dengan susah payah Alfian berdiri dengan berpegangan pada kursi kayu tersebut.

"Gue harus ke rumah Kakek sebelum terlambat," gumam Alfian.

Alfian mengedipkan mata saat penglihatannya semakin memburuk, kepalanya benar-benar terasa berat dan sakit seperti sedang ditimpuki ribuan batu besar. Tubuh itu tidak kuat untuk lebih lama menopang, Alfian sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri lebih lama. Alfian terjatuh ke lantai, ia hanya bisa terlungkup lemah menatap pintu yang masih tertutup rapat. Mata Alfian semakin mengecil, perlahan mata itu tertutup kembali.

"Alfian."

Samar-samar Alfian mendengar suara seseorang, sebelum benar-benar tidak sadarkan diri, bibir tipis itu membentuk sebuah senyuman.

"Alfian," panggil Diana mengguncang tubuh Alfian, tapi Alfian tidak lagi bergerak. "Alfian jangan tinggalin gue." Diana histeris.

*******

"Yasinta tunggu," panggil Geri berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Yasinta.

Bukannya berhenti Yasinta malah semakin mempercepatkan langkahnya, Yasinta sama sekali tidak menoleh kepada Geri sampai suatu tangan menahan pergerakannya.

"Maafin gue." Geri memeluk Yasinta dari belakang.

"Lepas," perintah Yasinta.

"Gue nggak akan lepasin sebelum lo maafin gue." Geri semakin kencang memeluk Yasinta. Geri tidak peduli dengan orang yang berlalu lalang melihat mereka berdua.

Yasinta menyeka air mata, ia terlalu kecewa dengan Geri. Yasinta sudah seperti orang bodoh yang membual akan suatu hal, belum sampai satu jam Yasinta berbicara pada Tyo bahwa Geri adalah jodohnya, yang artinya Geri akan memilih dirinya ketimbang Ani.

"Apa pantas lo ngomong seperti itu, hah? Alfian butuh pertolongan, gue kira lo akan mencari cara untuk menyelamatkan Alfian tapi lo malah asyik-asyikan bertunangan dengan perempuan lain disaat lo sudah punya pacar. Gue seharusnya sadar kalau kelakuan lo enggak lebih dari cowok murahan dan gak bisa mengingat kebaikan orang lain."

"Terserah lo mau ngomong apa tentang gue, yang gue butuhin cuma kata maaf dari lo."

"Lo pikir hati gue apa? Ini bukan mainan yang seenaknya lo buat lelucon. Kalau tau begini, hati ini nggak akan gue buat untuk mencintai lo, gue menyesal karena menutup hati dari Alfian dan memilih lo, Ger. Alfian orang baik, sangat-sangat berbeda dari lo."

Pedih. Hati Geri merasakan itu, Geri sudah terbiasa dengan hatinya yang terluka oleh kata-kata. Tapi, kali ini rasanya berbeda, rasa sakit menjelma dua kali lipat saat ucapan itu keluar dari mulut Yasinta.

"Gue terpaksa, Yas. Ani ngancam gue," lirih Geri, ia memperhatikan jalanan yang ramai dipadati kendaraan.

"Lo cowok apaan bisa diancam-ancam? Lo beneran nggak bisa melawan jika berhadapan dengan Ani? Ger dulu saat gue berusaha untuk jatuhin lo, tapi lo selalu bisa memutar balikkan keadaan sampai gue yang di bawah. Apa itu nggak bisa lo lakuin juga ke Ani? Atau jangan-jangan lo ada perasaan juga untuk teman masa kecil lo itu?"

Yasinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang