End

13K 676 117
                                    

Happy reading guys :D
.
.
.
.
.

Semua orang menunggu dengan cemas di depan ruang UGD. Mereka berdoa agar orang di dalam sana diberi keajaiban umur yang panjang serta kesembuhan.

Elsa sedari tadi menangis tanpa henti, tidak terhitung berapa lamanya wanita paruh baya itu menangis.

Tidak hanya Elsa, tapi Dewi juga sesegukan di dalam dekapan Putri sambil menunggu anaknya yang terluka di ruang rawat sedang ditangani dokter. Di sebelahnya ada Indra, Ayah Alfian yang menunduk tanpa berkata apapun sejak tiba tadi.

"Mengapa mereka harus terluka dalam waktu bersamaan?" Tyo bergumam pedih, ia khawatir melihat keadaan Geri dan Alfian yang bisa dibilang serius. "Hei, bagaimana bisa kamu menemukan Alfian?" tanya Tyo pada Diana.

Diana tidak menjawab, ia masih syok dengan apa yang terjadi. Gadis itu hanya menangis dalam diam, membuat Tyo menghela nafas kasar.

Tuhan, tolong selamatkan mereka, batin Yasinta.

Yasinta duduk di samping Elsa, sudah sejak setengah jam yang lalu Yasinta menyeka air mata, berusaha untuk tidak menangis. Yasinta menanamkan di dalam dirinya sendiri, jika Geri akan baik-baik saja.

Ceklek!

Seorang dengan baju serba putih membuka pintu ruangan tempat Alfian. Membuat Diana, Dewi, Indra, dan Tyo berdiri seketika.

"Dok, gimana keadaan anak saya?" tanya Dewi histeris.

Dokter itu tersenyum, membuat orang-orang di sana sedikit bernafas lega.

"Pasien sudah sadar dan keadaannya sudah membaik," jawab Dokter itu.

"Apa saya boleh masuk?" tanya Dewi berharap.

"Silahkan."

Semuanya masuk menyisakan Yasinta dan Elsa. Wajah Diana nampak sedikit tenang, gadis itu mengekor di belakang Putri.

"Alfian." Dewi langsung memeluk anaknya. "Yang mana yang sakit? Bilang ke Mama, siapa yang buat kamu sampai begini?" tanya Dewi, karena baik Diana maupun Yasinta belum menceritakan yang sebenarnya.

Alfian terkekeh. "Cieee pada khawatirin aku."

Dewi mencubit perut Alfian, sedang sakit begini saja Alfian masih sempat-sempatnya untuk becanda.

"Kamu tau gak sih, kalau kami semua khawatir," celetuk Tyo membuat Alfian menoleh pada Kakeknya.

"Dasar lemah, gitu aja kalah. Bilang berapa orang yang mukulin lo?" Putri seperti berapi-api.

"Seorang perempuan," jawab Alfian.

"APA? SIAPA PEREMPUAN YANG BUAT KAMU BEGINI?" Indra melebarkan matanya tidak percaya. Bukan hanya Indra tapi, Putri, Tyo, dan Dewipun sama.

Alfian menunjuk Diana. Refleks semua orang yang berada di sana menatap Diana dengan pandangan yang sulit diartikan.

Diana menggeleng pelan. Mengapa Alfian menunjuknya? Padahal ia yang membantu Alfian dan membawa laki-laki itu ke Rumah Sakit.

"Apa dia belum bercerita?" tanya Alfian membuat Diana bernafas lega. "Karena Dia yang menyelamatkan Alfian."

"Makasih ya Diana. Kalau tidak ada kamu, entah apa yang akan terjadi pada Alfian." Dewi memegang tangan Diana lembut.

"Sama-sama, Tan." Diana tersenyum tipis.

"Diana manis, sini dong peluk gue." Alfian berbicara manja, tidak malu dengan keluarganya yang menatapnya jijik. "Cium juga enggak apa-apa, gue rela kok."

Yasinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang