Happy reading guysss
.
.
.
.
.Sudah hampir dua jam Yasinta berkeliling Mall yang ada di kawasan tempat tinggalnya. Mulai dari baju, sepatu, dan tas Yasinta beli tanpa takut menghabiskan kocek dikantong. Wajah Yasinta terlihat masih bugar berbeda dengan Arman sopir Yasinta yang berusia 45 tahun itu, ia tampak kelelahan dan sesekali memijat kakinya yang terasa pegal karena sedari tadi terus mengikuti ke manapun Yasinta pergi.
Sebenarnya Yasinta enggan untuk pulang ia masih ingin menghabiskan waktu untuk bersenang-senang sudah lama Yasinta tidak shopping seperti sekarang. Tapi, melihat Pak Arman yang kelelahan membuat Yasinta mau tak mau menghentikan pencarian barang-barang brandednya sampai sini.
"Pak, bawa belanjaan saya pulang." Yasinta menyerahkan puluhan kantong belanjaan kepada Pak Arman.
Bukan tanpa alasan Pak Arman ikut masuk ke dalam Mall, tujuannya yaitu membantu membawa belanjaan Yasinta, tapi sialnya kedua tangannya sudah terisi penuh dengan beberapa kantung belanjaan milik majikannya itu, dan sekarang malah ditambah lagi dengan beberapa kantung yang memang sejak tadi dibawa Yasinta.
"Neng Yasinta mau kemana?" tanya Pak Arman yang kesusahan membawa barang-barang mahal itu agar tidak jatuh.
"Saya ada urusan sebentar." Yasinta menarik ujung bibirnya tersenyum tipis lalu dua detik kemudian Yasinta berlari pelan, berlalu dari hadapan Pak Arman yang ragu ingin memanggil Yasinta yang punggungnya semakin menjauh.
Setelah memastikan bahwa Pak Arman tidak mengikutinya, Yasinta dengan terburu-buru menyetop taksi yang kebetulan lewat.
Tidak ada senyum yang tercipta di wajah Yasinta seperti yang ia berikan kepada Pak Arman tadi, sekarang senyum itu berganti dengan wajah datar tanpa ekspresi. Yasinta terlalu takut jika Pak Arman menceritakan pada Nike kalau dirinya sedang tidak baik, maka dari itu Yasinta mencoba untuk bersikap seperti tidak ada masalah.
"Sabar Mbak, namanya kehidupan dibumbui sedikit masalah itu sudah biasa."
Yasinta terkejut mendengar penuturan dari sopir taksi di depannya, "Bapak ngomong sama saya?" tanya Yasinta memastikan.
"Bersikap ramah kepada orang itu perlu, karena suatu saat ketika teman dekat Mbak pergi, Mbak ada tempat pelarian untuk berkeluh kesah."
"Bapak ngomong apasih?" gerutu Yasinta karena bukan menjawab pertanyaannya, sopir taksi tersebut malah berbicara sesuatu yang membingungkan.
"Jangan berpikir Mbak yang paling tersakiti, coba pikir apa pernah Mbak menyakiti orang lain? Karena bisa saja kesalahan Mbak di masa lalu dibalas pada masa sekarang."
Yasinta menegakkan badan, ia meneguk salivanya susah payah. Perkataan sopir taksi tersebut bagai sebuah tamparan keras untuk Yasinta. Seketika perbuatannya dahulu terlintas begitu saja di pikiran Yasinta.
"Coba Mbak tarik nafas dalam, tahan lima detik lalu hembuskan secara perlahan."
Seperti sebuah perintah, Yasinta mengikuti ucapan dari si sopir taksi tersebut. Ia mengambil nafas beberapa kali, lalu menghembuskannya perlahan.
"Gimana Mbak, udah sedikit baikan?"
Yasinta hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suaranya. Pikirannya agak sedikit tenang, sejak kejadian Titan yang menyebarkan foto palsu itu, Yasinta tidak pernah tenang, ia bahkan lebih banyak diam sekarang.
"Jangan dipikirin, jalanin aja prosesnya nanti waktu yang akan menjawab semuanya," ujar sopir taksi tersebut.
"Bapak siapa? Kenapa Bapak seolah paham dengan keadaan saya?" tanya Yasinta penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta (SELESAI)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gimana rasanya gadis yang kita cintai malah mempermalukan kita di depan banyak orang? Ini kisah benci jadi cinta atau cinta jadi benci? Di saat Geri mengungkapkan perasaan dengan surat cinta, tapi Yasinta mala...