18

7.1K 759 30
                                    

Haiii semuanya
     selamat membaca😗
:D

"Yasinta Amartiwi." Pak Ali menulis nama Yasinta di buku list terlambat Siswa.

Yasinta berdiri di lapangan dengan beberapa Siswa lainnya yang juga terlambat, biasanya ia berangkat ke Sekolah tepat waktu. Hanya saja, semalam Yasinta begadang menonton drakor, alhasil ia bangun kesiangan. Mungkin ini karma untuk Yasinta, karena sudah membohongi Elsa dengan alasan tidak masuk Sekolah karena kesiangan.

"Kamu lagi." Pak Ali memijat pangkal hidungnya, melihat Yasinta yang berdiri di depannya.

"Saya lagi? Bapak sering liat saya terlambat? Saya 'kan jarang terlambat, Pak."

"Bukan itu, setiap ada masalah pasti saya bertemu kamu, sekarang kamu menambah catatan bermasalah Siswa dengan terlambat," jelas Pak Ali.

Yasinta membenarkan ucapan Pak Ali. Baginya masa Sekolah itu adalah masa di mana lika-liku keseruan terjadi, jika hanya memilih zona nyaman tanpa menyimpang keluar, masa SMA benar-benar sangat monoton. Jadi, tak apa jika Yasinta sering berbuat masalah, karena hidup itu adalah pilihan.

"Diana Keisya Lestari," panggil Pak Ali kepada seorang gadis yang berdiri di samping Yasinta.

"Iya, Pak," jawab gadis bernama Diana itu. Yasinta ingat, dia adalah teman sekelas Geri.

"Lagi-lagi kamu terlambat," kata Pak Ali dengan suara tegas. "Apalagi alasan kamu kali ini?"

"Maaf Pak, saya harus mengantar adik saya ke sekolah dulu."

Pak Ali menghela nafas lelah, alasan Diana selalu sama setiap harinya, sampai dirinya lelah terus-terusan menceramahi Diana yang tak pernah berubah.

"Sekarang kalian semua lari keliling lapangan 10 putaran," perintah Pak Ali, menatap keenam Siswa yang terlambat berdiri di hadapannya.

"Pak, kaki saya masih sakit. Kayaknya, saya  nggak kuat kalau lari keliling lapangan." Yasinta menampilkan puppy eyesnya.

"Yasudah, Bapak punya tugas khusus buat kamu dan Diana."

Yasinta dan Diana saling melempar pandangan, keduanya tersenyum senang karena terbebas dari hukuman keliling lapangan. Matahari sedang terik, jika harus berlari di bawah panas matahari, sudah pasti Yasinta akan bengek karena kecapekan.

"Andri, Dimas, Putra, dan Diki, ayo tunggu apa lagi, cepat lari." Pak Ali mengabsen keempat nama yang sama telatnya dengan Yasinta.

"Nggak adil dong Pak, masa Yasinta dan Diana gak dapet hukuman," protes Diki.

"Siapa bilang mereka nggak dapat hukuman, mereka dapat hanya saja berbeda dengan kalian. Lagipula kalian laki-laki jangan iri sama anak perempuan."

"Itu namanya diskriminasi, Pak." Andri tetap tidak terima dengan keputusan Pak Ali.

"Cepat selesaikan hukumannya, atau Bapak tambah jadi 20 putaran."

Segera saja Andri, Dimas, Putra dan Diki langsung ngacir. Ancaman Pak Ali tidak pernah main-main, sekali terucap jika dilawan, maka Pak Ali tak akan segan memberi hukuman yang lebih berat.

"Kalian berdua ikut Bapak," ajak Pak Ali berjalan mendahului Yasinta dan Diana.

Rasanya akhir-akhir ini keberuntungan tidak pernah memihak kepada Yasinta. Apa yang dilakukannya, pasti tidak sesaui dengan apa yang diharapkannya, Yasinta menduga-duga hukuman apa yang akan di berikan oleh Pak Ali, jangan sampai disuruh membersihkan toilet atau gudang sekolah.

Langkah Yasinta berhenti sejenak saat melewati kelas XI IPA 2, dilihatnya Geri dari kaca jendela tumbus pandang yang tampak serius mencatat materi di papan tulis, air muka Yasinta berubah seketika melihat Geri yang duduk tenang di tempatnya.

Yasinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang