17

6.9K 744 7
                                    

"Mau apa lagi kamu? Bukannya saya sudah memberikan sejumlah uang yang kamu mau."

Geri meneguk salivanya, orang yang berada di depannya tidak pernah berubah masih saja bersikap arogan. Sebenarnya Geri sudah muak harus berhadapan dengan pria tua yang sudah banyak di tumbuhi uban itu, tapi karena suatu alasan Geri harus menemuinya.

"Saya mau uang." Geri menatap tanpa berkedip.

Prang!

Suara barang pecah, sebuah asbak yang terbuat dari kaca melayang hampir mengenai Geri, untung saja lemparan itu meleset. Jika tidak sudah dipastikan kepala Geri berada dalam kondisi tidak aman.

"Uang yang bisa dicari aja buat Kakek semarah ini, gimana kalau saya minta kasih sayang," celetuk Geri.

Tyo Pramudyo, Pria yang sudah berumur lanjut itu adalah Kakek Geri. Tyo menggertakan giginya tersulut emosi, di matanya Geri terlihat seperti hama yang harus dibasmi, bukan sebagai seorang cucu dengan sejuta cinta, karena jarang bercengkrama.

"Kurang ajar, belum lama ini saya kasih kamu uang, kamu pakai buat foya-foya?"

Uangnya dipakai untuk biaya pengobatan Mama, dan mengganti ponsel Yasinta, batin Geri.

Hari dimana Elsa masuk Rumah Sakit Geri kelimpungan harus mencari biaya pengobatan Ibunya, ia merasa tidak berguna sebagai seorang anak. Setelah sekian lama tidak menginjakan kaki di rumah Tyo, Geri memberanikan diri meminta uang kepada Kakeknya, tentu saja tidak segampang yang dikira, walaupun akhirnya Geri mendapatkan uang tersebut, bahkan bisa mengganti ponsel Yasinta, sebagai gantinya Geri harus merasakan sakit karena cambukan dari Tyo.

Hubungan Geri dan Tyo bisa dikatakan tidak baik, sedari kecil Geri selalu merasakan aura kebencian dari Tyo. Ketika Tyo begitu hangat terhadap saudara sepupu Geri yang lainnya, Geri hanya bisa diam melihat ketidak adilan yang menimpa dirinya. Jujur Geri sangat iri, tapi dengan adanya sosok Ayah yang selalu sayang dan melindungi Geri, hal itu bisa Geri lewati walau sulit. Hingga akhirnya, ketika Ayahnya pergi untuk selama-lamanya hidup Geri benar-benar jatuh dalam keterpurukan.

"Saya hanya membuat pesta kecil seperti minum-minuman bersama teman termasuk dengan Cucu kesayangan Kakek," bohong Geri, hatinya tergerak untuk membuat Tyo semakin marah.

Kali ini, sebuah gelas teh melayang ke wajah Geri, cairan kental berwarna merah keluar dari dahinya. Tidak seperti asbak tadi, gelas yang masih berisi setengah teh hangat itu, mengenai Geri tepat sasaran.

Tidak hanya itu, Tyo juga dengan brutal mengayunkan ikat pinggang pada Geri. Tidak peduli jika luka di tubuh Geri belum sembuh, yang terpenting Tyo bisa melampiaskan kemarahannya.

Tidak terdengar suara rintihan sedikitpun dari Geri. Katakanlah Geri tidak waras, karena dalam situasi seperti ini, ia malah tertawa dan tidak melakukan perlawanan sedikitpun.

"Sepertinya Kakek sudah semakin tua, pukulan Kakek jadi tidak terasa sakit," ujar Geri, ini belum seberapa dibanding saat Tyo mengayunkan cambuknya.

***

"Tante maafin aku ya, gara-gara aku Tante kemarin masuk Rumah Sakit," ujar Yasinta tulus.

"Bukan salah kamu kok, Yas."

"Oh ya, aku bawain buah untuk Tante." Yasinta menyerahkan parcel buah yang di belinya sewaktu di jalan tadi.

"Nggak usah repot-repot, Yas." Elsa tersenyum canggung, tidak enak hati menerima buah tangan dari seorang gadis yang telah di sakiti oleh anaknya sendiri. "Lho, kamu nggak sekolah?"

Yasinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang