43

5.6K 606 36
                                    

HAPPY READING GUYSSS😚
.
.
.
.
.

"GERI, AYO LEMPAR BOLANYA," teriak bocah perempuan berusia tujuh tahun
tersebut dengan girang.

Sedangkan anak kecil yang namanya dipanggil Geri, hanya menanggapinya dengan senyuman. Ia menggunakan tangan kecilnya untuk mendribble bola berwarna oren yang diberi Papanya sebagai hadiah sewaktu mendapat pringkat 1 di kelas.

Geri sedikit melompat saat melempar bola basket tersebut ke dalam ring. Bibir mungil yang tadinya tidak berhenti untuk tersenyum, kini berubah melengkung ke bawah.

"Yahh, Geri kok nggak masuk, sih?" gadis kecil berkuncir dua yang memiliki wajah imut itu, nampak terlihat cemberut. "Ani udah nyemangatin Geri, harusnya Geri lebih semangat lagi."

"Ringnya ketinggian, Geri 'kan masih kecil," jawab Geri mengembungkan pipinya.

"Sekali lagi, Ani bantu pakai doa," ucap Ani.

Geri mengangguk, ia kembali mengambil bola di sudut lapangan. Geri memang sering mengunjungi lapangan yang terletak di komplek perumahannya, dan Ani selalu saja muncul untuk menyemangatinya setiap kali Geri datang ke sana.

Mata Geri menyipit karena matahari menghalau pandangannya, ia melihat ring diatasnya sebentar lalu tanpa aba-aba Geri langsung melempar bola basket yang berada di genggamannya dengan sekuat tenaga. Geri mendengus saat bola tersebut tidak masuk, ia kembali mengulangi lemparannya tapi tetap saja, bolanya tidak tepat sasaran.

"Ahh, capek." Geri terduduk lemas, ia terlihat putus asa.

"Geri payah, Geri nggak bisa main basket, pantes aja Geri sering dimarahin," maki Ani menghampiri Geri. "Ayo coba sekali lagi, katanya Geri mau ngalahin Papa Geri."

"Geri enggak mau, Geri capek," dengus Geri.

"Ani kesel sama Geri, Geri payah, Ani males main sama Geri lagi."

Geri menatap Ani dengan mata yang berkaca-kaca, ia menggigit bibirnya menahan tangis. Bocah yang baru berusia tujuh tahun itu, hanya bisa bisa diam tanpa bisa menyangkal ucapan Ani. Memang benar ia tidak bisa memasuki bola ke dalam ring, mau berpuluh-puluh kali mencoba pun, ia tetap tidak bisa. Jadi Geri tidak berhak menyalahkan Ani.

Duk!

Seorang datang langsung mendorong Ani dengan kuat, kilatan mata bulatnya memandang Ani marah. "Kamu jangan jahat dong sama Geri."

"Huwaaa Putri yang jahat, Putri yang tiba-tiba dorong Ani. Kenapa Ani yang jahat." Ani meneteskan Air matanya saat Putri dengan sengaja mendorongnya.

"Aku enggak suka kamu main sama Geri, dasar cengeng." Putri menarik tangan Geri, dan membawanya pergi meninggalkan Ani yang menangis.

******

Duk!

"Aaww."

Putri mendorong Ani dengan sekali hempas, membuat gadis itu terjatuh dengan hentakan yang cukup keras di lantai, mata tajamnya tidak pernah lepas dari gerak-gerik Ani yang sedang meringis kesakitan di depannya. Ia bersedekap dada, seperti melihat hewan kecil dan lemah yang siap untuk di terkam singa.

"AWWW SAKIT," jerit Ani ketika Putri dengan sengaja menjambak rambutnya.

"Masih mau macam-macam? Gue nggak akan biarin lo nyakitin Geri."

Yasinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang