47

5.5K 533 27
                                    

HAPPY READING GUSY😁
.
.
.
.
.

"Wah gila, kapan-kapan keluar yuk, nongkrong di mana gitu. Suntuk gue cuma di rumah kalo nggak di Sekolah." Dandi memegang kepalanya lelah.

"Kelamaan jomblo gini, nih. Makanya punya pacar biar nggak diam di rumah terus, jadi bujang tua tau rasa lo," timpal Riki.

Dandi langsung melihat Riki sinis, apa ia tidak salah dengar? Pasalnya manusia yang kini sedang duduk di depannya itu juga tidak mempunyai pacar. "Kalau ngomong nggak pake otak ya gini, gue sih kalau jadi lo malu ya, Ki. Sama-sama jomblo juga pakai ngatain orang."

"Masih untung gue nggak ngenes kayak lo," kata Riki.

"Udah sih, kayak gini aja di ributin. Makanya cari pacar biar nggak iri. Ngaku lorang berdua iri 'kan sama gue karena punya pacar yang unyu dan lucu kayak Anggi," ujar Revaldi dengan percaya diri.

Dandi dan Riki sama-sama memasang ekspresi wajah ingin muntah. Siapa juga yang iri dengan gaya berpacaran alay yang dilakukan Revaldi dan Anggi.

Dandi merobek kertas dari buku tulisnya dan meremasnya hingga berbentuk bulat, lalu dilemparnya dengan sengaja ke arah Revaldi. "Nggak berkelas amat gue kalau iri sama lo."

Mendapat perlakukan seperti itu, Revaldi langsung mengacungkan jari tengahnya pada Dandi. Mata sipitnya tetap tidak berubah saat ingin melotot, yang malah menjadi bahan ejekan dari Dandi.

"Si sipit, kalau nggak bisa melotot mending nggak usah, deh." Dandi tertawa keras, yang membuatnya menjadi pusat perhatian di kelas. Ia mengabaikan Revaldi yang tidak pernah melepas pandangan sedetikpun Darinya.

"Gimana lo sama Diana?" tanya Riki pada Alfian.

Alfian yang sedari tadi diam memperhatikan perdebatan antara teman-temannya, kini terkesiap menaikkan sebelah alisnya sambil menatap satu-persatu Riki, Dandi, dan Revaldi.

Setelah aksi terang-terangan Alfian menyatakan cintanya pada Diana, maka pada hari itu juga, satu sekolah langsung tau statusnya dan Diana seperti apa. Alfian memang tidak pernah menutupi hubungannya dengan siapapun, ia merasa senang jika orang-orang tau jika ia mempunyai pacar.

"Yang pasti nggak alay kayak Revaldi," jawab Alfian melirik Revaldi.

Revaldi yang mendengar namanya disebut, langsung menggerutu di tempat. Bukan hanya Dandi, tapi Alfian juga sama-sama membuatnya kesal. Untunglah mereka adalah teman Revaldi yang telah menemaninya semenjak masuk SMA ini.

"Sebentar lagi kelas tiga, kalian nggak ada niatan mau bimbel gitu?" tanya Dandi mengalihkan pembicaraan, ia muak sendiri mendengar bahasan tentang pacaran, karena dirinya yang jomblo.

"Alah Dan, sok mau bimbel diantara kita di sini lo kali yang paling males," celetuk Revaldi.

"Enak aja, nilai gue lebih bagus ya dari lo," titah Dandi tidak terima.

"Gue sih, memang udah bimbel dari kelas satu," kata Riki.

"Wah, parah lo nggak ngajak-ngajak. Mau pintar sendiri ya gini, ngelupain teman. Entar pas udah sukses pura-pura nggak kenal lagi," seru Dandi.

"Makanya jangan malesan, orang sukses nanti lo ngegembel di jalan, megang mangkok," ejek Revaldi.

"Lo ada masalah apa sih sama gue? Gue tau gue ganteng, makanya permak tuh muka, kalau perlu pasang bola di mata lo biar nggak sipit amat." Dandi sok membesarkan bola matanya, dengan maksud mengejek Revaldi.

"Otak lo yang perlu diperbaikin, gue ngomong apa lo jawab apa." Revaldi memutar bola matanya malas.

Alfian menatap malas Dandi dan Revaldi yang sudah mengalahkan Emak-emak di pasar yang sedang menawar harga. Bahkan diantara orang yang ada di kelas, hanya suara Dandi dan Revaldi yang menggema, sepertinya suara toak pun kalah dengan mereka berdua.

Yasinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang