"Panggil Geri," ucap Yasinta yang terdengar seperti kata perintah. Wajah tengil dengan dagu terangkat itu, berdiri di depan seorang Siswi yang baru saja keluar dari dalam kelas.
Diana menghentikan langkah kakinya, buku cetak yang tersusun rapih sampai sedada harus ditahan Diana dengan susah payah tatkala ada yang tiba-tiba datang menghadang jalan.
"Geri nggak masuk hari ini."
Mendengar itu Yasinta langsung pergi begitu saja saat mengetahui orang yang dicarinya tidak ada, Yasinta berjalan sangat angkuh meninggalkan Diana yang menatapnya heran. Rambut ikal berwarna hitam milik Diana terbawa angin sampai ke belakang punggung, sehingga terlihat dengan jelas bet berwarna biru tua di lengan kiri atasnya terdapat tulisan 11 IPA 2.
"Makasih ya infonya." Anggi tersenyum canggung pada Diana, "Yasinta tunggu!" teriak Anggi seraya berlari mengejar Yasinta.
Suara sepatu berbenturan dengan lantai keramik begitu terngiang di telinga, Anggi mengatur napas saat langkah kakinya sudah sejajar dengan Yasinta.
"Gila, main pergi aja," omel Anggi ketika Yasinta pergi tanpa mengucapkan kata terimakasih.
"Ngapain lama-lama nggak ada Geri juga." Yasinta menjawab cuek, manik hitam milik Yasinta menatap lurus ke depan tanpa menoleh ke arah Anggi.
"Oh, kalau ada Geri itu artinya lo akan berlama-lama di sana," goda Anggi menunjukan smirknya.
"Berisik!"
"Sebenarnya gue penasaran satu hal," bisik Anggi di telinga Yasinta.
"Apa?" tanya Yasinta sembari mengangkat sebelah alis.
Yasinta melirik Anggi sekilas saat terdengar suara cekikikan entah apa yang lucu sehingga membuat Anggi tertawa seperti itu. Rasanya Yasinta ingin sekali mengetok kepala orang di sebelahnya agar berhenti bertingkah seperti orang gila.
Sudah menjadi hal biasa ketika orang-orang mengalihkan pandangannya saat bertemu dengan Yasinta, mereka lebih cendrung menatap ke arah lain daripada melihat wajah songong Yasinta. Tapi kali ini berbeda, Yasinta menyernyit heran saat banyak pasang mata yang tertuju kepadanya.
Dasar gila, batin Yasinta. Pikirannya langsung tertuju pada Anggi yang tertawa tidak jelas, sehingga menyebabkan dirinya juga ikut menjadi pusat perhatian.
"Bisa diam nggak, sih? Dikira orang sinting," tegur Yasinta setengah sinis.
"Hari ini." Anggi menutup mulut dengan telapak tangan, ia memberi jeda pada kalimatnya seraya mengedipkan sebelah mata kanan. "Lo cantik."
Yasinta langsung memberi jarak antara dirinya dan Anggi. Mendengar kalimat Anggi yang menyebutnya cantik, tidak bisa dipingkiri itu membuat Yasinta bergidik ngeri. Yasinta memicingkan mata curiga, di kepala Yasinta seketika berpikiran negatif, Yasinta terngiang-ngiang bahwa sahabatnya itu adalah penyuka sesama jenis.
Merinding, kata itu cukup untuk mendeskripsikan perasaan Yasinta saat ini, tangannya mengusap leher bagian belakang merasa geli, mengingat mereka yang sangat dekat, itu artinya Anggi mempunyai maksud tertentu mendekatinya. Tetapi, saat tau Revaldi yang notabenya adalah kekasih Anggi, cepat-cepat Yasinta menepis pikiran negatif dari pikirannya.
Nggak mungkin Anggi seperti itu, kata Yasinta dalam hati, berusaha menentang pikiran buruknya yang nyeleneh.
Anggi tiba-tiba berhenti tertawa ketika melihat Yasinta yang secara terang-terangan menghindarinya, "Buang pikiran kotor lo," celetuk Anggi seolah tau apa yang sedang dipikirkan Yasinta.
"Ngeri gue." Yasinta pura-pura memasang wajah takut.
"Sadar nggak? Orang-orang pada melihat ke arah lo karena penampilan lo yang gak kayak biasanya," jelas Anggi, wajah itu seketika menjadi bad mood karena respon Yasinta yang menurut Anggi saangat menyimpang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta (SELESAI)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gimana rasanya gadis yang kita cintai malah mempermalukan kita di depan banyak orang? Ini kisah benci jadi cinta atau cinta jadi benci? Di saat Geri mengungkapkan perasaan dengan surat cinta, tapi Yasinta mala...