HAII SEMUA, HAPPY READING GUYSS😚
.
.
.
.
."Geri," panggil Ani seraya duduk di sebelah Geri.
Ani memandangi wajah Geri dari samping, bibirnya ikut terangkat ke atas saat melihat Geri tersenyum menatap layar ponsel. Untuk berapa saat, Ani tidak berkedip menyaksikan makhluk ciptaan tuhan yang begitu indah.
"Ger, liat apaan, sih?" tanya Ani karena tidak mendapat respon dari Geri.
Geri yang mendengar namanya disebutkan langsung saja menoleh ke samping, dimana tempat Ani berada."Oh, hai An." Geri membalas senyum Ani. "Sejak kapan di sini? Sorry gue malah keasyikan nonton."
"Baru aja datang. Nonton apaan, sih?" tanya Ani penasaran, bola matanya melirik ponsel Geri.
"Basket."
"Lo sebegitu sukanya sama basket, ya?" Ani menatap Geri dengan satu alis terangkat.
"Basket itu hidup gue. Karena dengan bermain basket hati gue terasa menghangat dan gue suka."
"Kalau gue?"
Geri menaruh ponselnya, ia meneguk ludah mendengar pertanyaan Ani barusan. Ketika pandangan mereka berdua bertemu, Geri sama sekali tidak bergeming, ia menatap gadis di sampingnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.
"Bisa nggak gue menjadi seperti bola basket di hidup lo?" tanya Ani.
Bruk!
Belum sempat menjawab, tiba-tiba terdengar suara seperti benda jatuh. Langsung saja Geri mengalihkan perhatiannya ke sumber suara, terlihat Pak Dirman petugas kebersihan di Sekolah, terduduk lemah di lantai dengan beberapa kertas berhamburan keluar dari dalam kardus berukuran besar yang dibawa Pak Dirman.
Tanpa diperintah, Geri dengan cepat membantu Pak Dirman untuk berdiri. Kertas-kertas yang berhamburan di lantai itu, dengan cekatan Geri masukkan kembali ke dalam kardus berwarna coklat sebelum terbang terbawa angin.
"Pak Dirman nggak apa-apa?" tanya Geri khawatir melihat Pak Dirman mengusap punggung tangannya.
"Bapak nggak apa-apa, kok." Pak Dirman tersenyum kecil.
"Ini mau dibawa ke mana, Pak?" Geri menunjuk kardus yang penuh dengan kertas-kertas yang Geri sendiri tidak tau apa yang tertulis di sana.
"Ke gudang," jawab Pak Dirman.
"Yaudah, biar saya saja."
"Nggak usah sebentar lagi bel masuk, nanti kamu terlambat masuk kelas." Pak Dirman menggeleng cepat.
"Cuma sebentar nggak akan terlambat, Bapak ke UKS saja obati tangan Bapak," ucap Geri kembali melihat punggung tangan Pak Dirman.
"Makasih ya, Ger."
"Sama-sama, Pak." Geri tersenyum ramah.
Geri mengambil alih kardus itu dari Pak Dirman. Ternyata kardus yang hanya berisi kumpulan kertas itu memiliki bobot yang lumayan berat. Hati Geri mencelos tatkala mengingat Pak Dirman yang sudah berumur lanjut, melakukan pekerjaan yang bisa dibilang tidak mudah. Untung saja tugas Pak Dirman terbantu karena Titan masih pada masa hukumannya, menjadi sukarelawan kebersihan Sekolah.
Pandangan Geri menatap lurus ke depan, sesekali ia tersenyum atau sekedar menyapa saat berjumpa Siswa lain yang berpapasan dengannya. Pikiran Geri kembali pada pertanyaan Ani tadi, bohong jika ia tidak kepikiran. Geri mengenal Ani sudah sangat lama, tapi ia tidak menyangka jika Ani akan mencintainya sejauh ini.
Padahal Geri tidak pernah memberi harapan pada Ani, bahkan pesan yang dikirim gadis itu, jarang sekali Geri balas. Geri hanya bersikap biasa saja jika mereka bertemu, ia hanya mempertahankan sikap pertemanannya yang sudah terjalin lama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta (SELESAI)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gimana rasanya gadis yang kita cintai malah mempermalukan kita di depan banyak orang? Ini kisah benci jadi cinta atau cinta jadi benci? Di saat Geri mengungkapkan perasaan dengan surat cinta, tapi Yasinta mala...