HAPPY READING GUYS😇
.
.
.
.
."Geri," panggil Yasinta yang menyembulkan kepalanya dari pintu kelas Geri.
Geri yang ingin memasukkan buku ke dalam tas langsung menoleh ke tempat Yasinta berada. Geri mengangguk singkat ketika Yasinta memanggilnya dengan gerakan tangan, cepat-cepat Geri membereskan peralatan tulis yang berserak di atas meja dan segera menghampiri Yasinta.
Mata Geri meneliti penampilan Yasinta dari atas sampai bawah, jempol sebelah kanannya Geri acungkan ke atas, menilai penampilan Yasinta yang cukup rapi hari ini.
Kaos kaki putih selutut, baju di masukkan, dan tidak lupa dasi yang terpasang sempurna melengkapi penampilan Yasinta yang ala anak sekolahan. Bukan tanpa alasan Yasinta berangkat sekolah serapi ini, itu karena Geri yang menceramahinya karena selalu ditegur Pak Ali prihal pakaian yang Yasinta dikenakan.
"Ayo makan gue bawa bekal buat kita," ajak Yasinta seraya menunjukkan tempat bekal yang dibawanya dari rumah kepada Geri.
"Ini gratis apa bayar?" tanya Geri memastikan.
"Bayar."
"Semenjak pacaran jadi pelit lo," celetuk Geri.
"Bayarnya pake ini." Yasinta menunjuk bibir Geri.
"Cium?" tanya Geri ragu.
Pletak!
Yasinta menjitak kepala Geri. "Maksud gue seharian ini lo jangan ngomel-ngomel, panas kuping gue."
"Males, gue mau makan di kantin aja." Geri berjalan melewati Yasinta.
"Enak aja, gue udah bawa banyak, nih. Semenjak pacaran nambah ngeselin lo ya? Ngalah kek sama cewek."
"Oke." Geri berbalik menghampiri Yasinta. "Ayo kita makan bareng, lumayan 'kan buat hemat duit." Geri mengambil alih tas kecil berwarna ungu tempat menaruh bekal dari tangan Yasinta.
"Nah, gitu dong." Yasinta tersenyum senang.
Keduanya berjalan beriringan tanpa bergandengan tangan. Arah mata Yasinta memandang ke depan sambil mengikuti langkah kaki Geri yang entah akan mengajaknya makan di mana.
Tidak ada percakapan yang tercipta selama mereka berjalan. Geri menyueki Yasinta, tapi tidak dengan orang-orang yang berpapasan dengan mereka, Geri begitu ramah. Karena bosan, Yasinta menarik baju belakang Geri, menyuruh Geri untuk berhenti. Hal itu sontak membuat Geri langsung menghentikan langkah kakinya, memandang Yasinta dengan tanya.
"Gue nyuruh lo jangan ngomel bukan berati diem gini," kata Yasinta mencebikkan bibirnya.
Geri memandang Yasinta sebentar lalu mengangguk mengerti. Tangannya bergerak menggandeng Yasinta, mengajak Yasinta untuk meneruskan langkah mereka yang sempat terhenti. "Yas, makasih ya."
"Makasih buat apa?"
"Untuk semuanya" Geri tersenyum ke arah Yasinta.
"Semua? Apa aja? Sebutin dong," perintah Yasinta jahil.
"Mau banget dipuji," cibir Geri.
"Udahlah, mending diem nggak usah ngomong," kesal Yasinta memberengut.
Geri menghembuskan napas lelah menghadapi Yasinta. Dengan malas Geri merubah posisi tangannya merangkul Yasinta, membawa gadis itu untuk lebih dekat dengannya. Wajah Yasinta yang sudah muram, membuat Geri gemas ingin mencubit kedua pipi Yasinta. Tapi, hal seperti itu tidak akan Geri lakukan untuk saat ini, itu sama saja membangunkan singa betina yang sedang tertidur.
"Lo tau nggak alasan gue ngajak lo ke sini kenapa?" tanya Geri saat dirinya dan Yasinta mulai memasuki lapangan indoor tempat biasa ia bermain basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta (SELESAI)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gimana rasanya gadis yang kita cintai malah mempermalukan kita di depan banyak orang? Ini kisah benci jadi cinta atau cinta jadi benci? Di saat Geri mengungkapkan perasaan dengan surat cinta, tapi Yasinta mala...