HAPPY READING GAESSS😇
.
.
.
.
.Yasinta mengintip dari balik pohon yang berada tepat di depan Sekolahnya. Dari sana ia bisa melihat gerbang tinggi yang terbuat dari besi sebagai pintu keluar masuk para Siswa dan Guru SMA Bina Mulya. Matanya melihat jelas dari sela-sela gerbang yang terbuka, menampakkan beberapa Siswa/siswi yang sedang di ceramahi oleh Pak Ali. Bisa Yasinta tebak, mereka berdiri di sana karena terlambat dan Yasinta tidak mau berakhir seperti mereka. Mengingat hukuman apa yang dilakukannya saat terakhir kali terlambat, membuat Yasinta bergidik ngeri tidak mau mengulanginya lagi.
"Sialan," gumam Yasinta pelan.
Padahal Yasinta tadi sudah menyuruh sopirnya untuk mengebut, tapi tetap saja hal seperti ini tidak dapat dihindari. Yasinta menggelengkan kepala saat tiba-tiba terlintas di pikirannya untuk memanjat tembok pembatas Sekolah, sangat konyol kalau sampai Yasinta melakukan itu. Lihat saja, tembok yang menjulang tinggi itu, sengaja diatasnya di pasangi pecahan beling agar tidak ada yang berani memanjat.
"Pulang atau Sekolah? Kalau Sekolah dapet hukuman, sampai muak gue dengan segala hukuman. Tapi, kalau pulang juga enggak mungkin." Nike memang sudah tau kesalahpahaman yang terjadi pada Yasinta, ia juga sekarang sudah tidak mendiamkan Yasinta lagi, tapi tetap saja kalau Yasinta tidak Sekolah Mamanya itu pasti akan mengomelinya.
Ketika Yasinta kembali mengingintip ke arah Pak Ali, buru-buru Yasinta menyembunyikan seluruh tubuhnya pada pohon yang cukup rindang ketika tanpa sengaja pandangannya bertemu dengan satpam Sekolahnya, Yasinta merafalkan doa dalam hati semoga ia tidak ketahuan.
"Jangan sampai ketahuan," ucap Yasinta pada dirinya.
Yasinta terlalu lelah menghadapi yang namanya hukuman. Kemarin saja dirinya sudah banyak mendapati hukuman bahkan yang bukan perbuatannya, Yasinta sebisa mungkin untuk menghindari walau tidak sepenuhnya, karena dirinya bukanlah Siswi penurut yang melakukan semua tugas sebagai seorang pelajar dengan baik.
"Udahlah, balik aja," putus Yasinta akhirnya. "Waaa!" teriak Yasinta saat baru saja membalikkan badan, dengan cepat ia langsung menutup mulutnya sebelum dirinya ketahuan.
Yasinta mengelus dadanya melihat makhluk yang membuatnya terkejut, untung saja Yasinta tidak mempunyai penyakit jantung. "Riki, lo bikin gue kaget aja. Ngapain lo di sini?" tanya Yasinta kembali menormalkan raut wajahnya.
"Lo ngeliat gue udah kayak liat setan aja," cibir Riki.
"Abisnya lo ngapain tiba-tiba muncul di belakang gue?"
"Gue ngeliat lo ngumpet-ngumpet gitu, yaudah gue samperin," jelas Riki sembari melirik ke arah gerbang. "Lo mau ikut gue gak?"
"Kemana?"
"Sekolah lah," jawab Riki.
"Lo mau kena hukum? Terakhir kali gue disuruh ngerjain soal matematika. Trauma gue." Yasinta memijat keningnya lelah.
"Ya nggak lah, kita masuknya diem-diem jangan sampai ketahuan."
"Lo mau manjat pager? Gue sih ogah, liat aja tuh banyak beling di atasnya. Lagian kenapa juga dikasih beling segala, lebay." Yasinta mendengus.
"Secara nggak langsung lo ngomongin Bapaknya Alfian lebay." Riki cengengesan.
"Memangnya Bapaknya Alfian yang nyuruh pasang itu?" tanya Yasinta menunjuk beling yang tersusun rapi diatas tembok Sekolahnya. Yasinta baru mengingat jika orang tua Alfian adalah ketua yayasan di Sekolahnya.
"Iya paling."
"Seriusan ketua yayasan yang buat itu?" tanya Yasinta lagi.
"Tanya sendiri sama Bapak Alfian." Riki melirik jam yang terpasang di pergelangan tangan kirinya. "Lo mau ikut gue apa nggak? Buruan," ujar Riki melenggang pergi meninggalkan Yasinta yang masih berpikir.
![](https://img.wattpad.com/cover/233895420-288-k763152.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta (SELESAI)
Подростковая литература⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gimana rasanya gadis yang kita cintai malah mempermalukan kita di depan banyak orang? Ini kisah benci jadi cinta atau cinta jadi benci? Di saat Geri mengungkapkan perasaan dengan surat cinta, tapi Yasinta mala...