"Putri!"Yasinta berlari kecil, menghampiri Putri yang saat ini sedang menoleh kepadanya dengan tatapan tanya.
Upacara baru saja usai. Hari senin, seperti biasa semua guru dan Siswa/siswi SMA Bina Mulya melangsungkan upacara bendera, begitu pula dengan Sekolah lainnya. Sedari tadi, Yasinta tidak sabaran ingin segera menghampiri Putri yang menjadi salah satu petugas upacara, tapi Yasinta masih waras untuk melakukan hal itu.
"Apa?" tanya Putri cuek.
Yasinta sedikit melonggarkan dasi melihat ekspresi Putri yang sepertinya terganggu atas kehadirannya. "Gue mau ngomong."
Putri melipat tangan di dada, menunggu apa kata selanjutnya yang keluar dari bibir berlapis lipgloss dari gadis di depannya
"Dimana?" tanya Putri seolah tau apa yang dipikirkan Yasinta.
Yasinta melangkah mendahului Putri, ia memimpin jalan menuju dimana yang cocok untuk berbincang. Pastinya bukan sini, koridor tempat orang yang berlalu lalang.
Di samping perpustakaan tempat pemberhentian terkahir Yasinta dan Putri, tempat itu cukup sepi. Yasinta berdiri tegap di depan Putri yang bersandar pada tembok perpustakaan.
"Cepat gue mau ke kelas," ketus Putri.
"Apa alasan lo ngasih tau penyebab luka Geri ke gue?" tanya Yasinta langsung ke intinya.
Putri menatap jengah mendengar penuturan Yasinta, "gue kira ada hal penting apa yang perlu diomongin." Putri beranjak dari tempatnya, sebelum Yasinta dengan gerakan cepat menahannya agar tidak pergi.
"Gue mau tau." Yasinta membuang muka ke arah lain, malu menanyakan hal ini.
Putri kembali ke posisinya semula ia membenarkan letak rambutnya ke belakang, menaikkan sebelah alis dan melihat Yasinta yang menunggu tidak sabaran.
"Kenapa gue harus jawab?" Putri memiringkan sedikit kepalanya.
"Karena lo yang ngasih tau gue deluan soal ini." Yasinta memutar bola matanya kesal.
Angin berhembus melewati keduanya seakan menjadi pendingin dari aura yang memanas. Helaian rambut yang tidak diikat sebagian berterbangan hampir menutupi wajah. Menjadi salah satu kegiatan untuk saling merapikan diri masing-masing.
Lama Yasinta menunggu, jam di pergelangan tangannya hampir semenit berputar tetapi satu katapun tak ada yang keluar dari Putri. "Lo mau diam aja?" tanya Yasinta dongkol.
"Lo serius mau tau?" Putri balik bertanya.
Yasinta menganngguk cepat ekspresi wajah tidak sabaran itu diperhatikan oleh Putri. Sedetik berikutnya tawa Putri pecah, gadis berkacamata itu terkekeh sampai membuat beberapa orang yang berlalu lalang melihat mereka penasaran.
"Lo khawatir?" tanya Putri disela tawanya.
"Nggak." Yasinta menyangkal.
"Sebenarnya gue enggak suka sama lo." wajah Putri mulai serius. "Tapi, gue lebih nggak suka kalau Geri nantinya disakiti orang lain."
"Maksud lo?" Yasinta tidak mengerti.
"Udahlah, gue nggak ada waktu." Putri melangkah pergi dari sana, meninggalkan Yasinta yang masih belum paham.
Tidak mau terambang dengan rasa penasaran Yasinta langsung mengejar Putri. "Putri tunggu." Yasinta memblokir jalan Putri.
Putri menghela nafas sekali lagi. Yasinta tipikal orang yang tidak mengenal lelah. "Apa lagi?"
"Kita belum selesai."
"Gue mau masuk kelas, gue bukan seperti lo yang hobi telat," sindir Putri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta (SELESAI)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gimana rasanya gadis yang kita cintai malah mempermalukan kita di depan banyak orang? Ini kisah benci jadi cinta atau cinta jadi benci? Di saat Geri mengungkapkan perasaan dengan surat cinta, tapi Yasinta mala...