"Hmm, apa?""Ini Neng." Mang Jaja penjual di kantin menyerahkan kotak coklat berukuran sedang. "Katanya disuruh kasih ke Neng Yasinta."
Yasinta menatap Mang Jaja sebentar, sebelum sepasang iris matanya beralih melihat sebuah kotak yang ada di depannya.
"Dari siapa?"
"Nggak tau." Mang Jaja menggeleng. "Kalau gitu saya permisi dulu Neng, masih banyak kerjaan."
Yasinta mengangguk, ia membuka kotak itu dengan penasaran. Di dalamnya, terdapat banyak coklat mini berbentuk bulat dengan bungkus berwarna emas. Note kecil yang tertempel di balik tutup kotak tersebut terdapat tulisan 'Mr. A'.
Mengingat nama pengirim yang sama dengan bunga yang didapatnya kemarin, Yasinta memandang coklat itu was-was takut hal tidak terduga terjadi seperti kemarin, sangat menjijikan jika tiba-tiba ada ulat bulu atau sesuatu aneh lainnya.
Makanan manis itu cukup menggiurkan, tegukan ludah dua kali Yasinta lakukan hanya karena melihat bungkusan emas yang terisi penuh dalam wadah. Coklat yang sudah ada di atas meja mengalihkan perhatian Yasinta dari nasi goreng yang sudah tersisah setengah miliknya.
"Eh, kacamata," panggil Yasinta kepada seorang yang berada di meja sebelahnya.
Merasa dipanggil laki-laki berkacamata itu menatap Yasinta bingung, jemari telunjuknya menunjuk dirinya sendiri tanpa bersuara.
"Iya, lo."
"Kenapa?" tanyanya menghampiri Yasinta.
"Untuk lo." Yasinta memberi satu coklat kepada lelaki bername tag Budiman.
Budiman mengambil dengan ragu, walau canggung Budiman tetap tersenyum ramah menanggapi Yasinta. "Makasih."
"Cobain, enak nggak?"
Budiman dengan sukarela mengikuti apa kata Yasinta tanpa tau jika dirinya sedang menjadi bahan percobaan. Dari balik bingkai kacamata, iris hitam itu melebar membuat Yasinta semakin penasaran.
"Apa rasanya?"
"Rasa coklat," jawab Budiman polos.
"Enak? Kepala lo pusing nggak? Atau mual-mual? Pandangan lo buram?" tanya Yasinta bertumbi-tubi.
"Enak kok, nggak ada gejala apa-apa. Kalau nggak percaya cobain aja."
Yasinta bernapas lega, padahal tadi di pikirannya muncul beberapa asumsi tentang coklat yang mengandung racun atau rasanya dibuat sengaja tidak enak.
"Ini buat lo." Yasinta memberi tiga coklat kepada Budiman sebagai ucapan terima kasih karena sudah menjadi bahan antisipasinya.
Budiman menerima coklat dari Yasinta dengan senang hati sebelum akhirnya kembali ke tempat duduknya semula.
Ekor mata Yasinta mengarah pada seorang yang duduk di meja kantin paling pojok. Jika perkiraan Yasinta benar, maka saat ini Yasinta akan menjadi orang paling bahagia. Tapi, jika itu bukan Alfian, Yasinta akan menjadi orang bodoh yang masih mengharapkan sedikit hati untuknya.
Jika tadi Yasinta sangat ingin memakan coklat itu. Faktanya, sekarang Yasinta hanya menatap nanar tanpa menyentuhnya, jika bukan pemberian Alfian, Yasinta tidak menjamin untuk memakan dari orang yang tidak dikenalnya.
Setidaknya Alfian bisa memberinya petunjuk dengan menoleh sebentar ke arahnya. Tapi nyatanya sedikitpun Alfian tidak pernah memberikan lirikan kepada Yasinta.
"Wihhh, coklat nih."
Yasinta berubah masam saat Ani, Anisa, dan Eriska duduk di depannya. Yasinta mendelik tidak suka atas kehadiran ketiga manusia yang tidak ia harapkan kehadirannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta (SELESAI)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gimana rasanya gadis yang kita cintai malah mempermalukan kita di depan banyak orang? Ini kisah benci jadi cinta atau cinta jadi benci? Di saat Geri mengungkapkan perasaan dengan surat cinta, tapi Yasinta mala...