23

6.8K 680 19
                                    

Happy reading guys
.
.
.
.

Yasinta mencoret-coret buku tulis bersampul shinchan pada bagian halaman belakang, tinta hitam mengotori kertas putih bergaris yang awalnya bersih tanpa noda sedikitpun, kini tergambar abstrak. Tidak hanya satu atau dua lembar kertas yang tercemari oleh penanya, melainkan lima lembar kertas.

Pikiran Yasinta kalut, ia memandang buku miliknya yang seolah-olah menjadi musuh dan menumpahkan kekesalannya di sana. Menit demi menit waktu Yasinta terlewati dengan sia-sia, tidak ada yang dilakukannya selain duduk di kursi kamar dengan wajah ditekuk.

"Susah ya, ngadepin orang gila," celetuk Anggi yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku Yasinta.

"Kalau gue gila, ngapain lo di sini? Pergi sana, lo mau dicakar orang gila?"

Pletak!

"Aduhhh," ringis Yasinta, ketika Anggi menjitak kepalanya.

Anggi mengambil cermin lipat dari saku baju kaus kebesarannya, cermin yang sudah terbuka lebar itu, Anggi arahkan tepat di depan wajah Yasinta. "Ngaca, biar lo liat muka lo sekarang gimana."

Yasinta menuruti perintah Anggi, mulai dari mata, hidung, bibir, pipi, dan semua lekuk wajahnya, ia perhatikan secara detail. Setelah berdecak keras, Yasinta merampas cermin Anggi, dan melemparnya ke dinding, sehingga pecahan beling tertabur dimana-mana.

"Ada apa dengan muka gue? Baik-baik aja, tuh."

Anggi menggeram melihat cerminnya menjadi korban. Anggi menatap Yasinta lelah, padahal ia mengikuti Yasinta pulang karena khawatir dengan Yasinta yang terlihat muram.

Anggi merebut pena Yasinta dan menutup buku tulis itu secara paksa. Lengannya ia panjangkan, menggapai kursi di depan meja rias, dan menariknya menuju dekat Yasinta. Lalu, direngkuhnya tubuh Yasinta, berharap ia bisa menyalurkan kekuatan agar Yasinta bisa melewati dengan mudah semua masalahnya.

"Lo tau nggak orang terbego di dunia itu siapa?" tanya Anggi.

"Siapa?"

"Orang yang memperburuk suasana hatinya, hanya untuk sesuatu yang bukan menjadi urusannya," jawab Anggi, lebih tepatnya menyindir seseorang di sebelahnya.

"Orang yang lebih bego itu, adalah orang yang sok menasehati tanpa memberi solusi." Yasinta mendorong pelan Anggi, menjauhkannya darinya. "Bersikap sok tau semuanya, bersikap paling bijak, tapi tidak memberi jalan keluar. Itu lebih bego dari yang gue bayangkan."

"Terserah lo, capek gue." Anggi bangkit dan merebahkan tubuhnya di kasur empuk Yasinta.

Lama diantara keduanya tidak saling memulai percakapan, Anggi yang lebih memilih berkutat pada ponselnya, sedangkan Yasinta masih tenggelam dalam pikirannya. Matanya terfokus pada satu titik, tanpa mengalihkan pandangan kemanapun.

Berkali-kali Yasinta menghempuskan nafas berat, membuat Anggi merasa terganggu karena hembusan yang menimbulkan suara tersebut.

"Mending lo langsung samperin aja orangnya, tanya langsung," suruh Anggi.

"Siapa? Jangan sok tau."

Yasinta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang