Happy reading gaeeesss
.
.
.
.
."Hei, pacar mau ke mana?" tanya Revaldi saat Anggi berjalan melewatinya tanpa menyapa.
Anggi langsung menghentikan langkah kakinya, mulutnya sedikit terbuka saat melihat Revaldi yang sedang duduk bersama Riki, Dandi, dan juga Alfian di depan kelas sebelas IPA 1. "Revaldi."
"Haduh, pasangan alay mulai deh," sindir Dandi, tangannya bergerak melonggarkan dasi yang terpasang sempurna di kerah bajunya, seolah-olah merasa gerah melihat sepasang kekasih itu, yang ia yakini sebentar lagi akan mengumbar kemesraan.
"Iri bilang Bos, kelamaan jomblo takutnya hilang kendali dan ujung-ujungnya lompat ke jurang bunuh diri," balas Revaldi dengan nada mengejek.
"Dih, enggak ada sejarahnya gue iri sama lo," kata Dandi.
"Sejarah juga enggak mau mencatat nama lo," seru Revaldi, matanya menatap sinis Dandi.
Dandi berdecak keras, tangannya terulur menunjukkan jari tengahnya dan mengarahkannya kepada Revaldi.
Sedangkan Revaldi hanya membalas perlakuan Dandi dengan membawa Anggi ke dalam dekapannya, niatnya tidak lain hanya untuk membuat sahabatnya itu bertambah iri. Lagian bukan salah Revaldi jika ia bermesraan dengan pacarnya, salahkan Dandi mengapa jomblo terlalu lama hingga menimbulkan rasa iri dengki.
"Tumben sendirian, Gi. Si cerewet mana?" tanya Riki melirik Anggi sekilas, lalu matanya kembali fokus pada layar ponsel miliknya, jemarinya dengan lihai mengetikkan sesuatu di atas keyboard ponsel.
Anggi menautkan alisnya, sebelum akhirnya paham siapa yang di maksud oleh Riki. "Oh, Yasinta. Dia enggak masuk hari ini, gimana juga mau masuk kalau matanya bengkak kayak gitu."
"Bengkak gimana? Jangan-jangan abis ngintipin orang mandi," celetuk Riki asal, yang langsung mengundang tawa Dandi di sebelahnya.
"Lo kira bintitan," ucap Dandi.
"Yasinta nangis semaleman, gue sampai enggak tega liatnya." Sorot mata Anggi berubah menjadi sedih.
"Nangis kenapa?" tanya Alfian. Jika tadi dirinya tidak begitu tertarik dengan bahasan teman-temannya. Berbeda dengan sekarang, kini Alfian begitu kentara memperlihatkan bahwa dirinya sangat berminat membahas topik ini.
"Entah, dia enggak mau cerita. Tapi gue yakin, ini ada sangkut pautnya dengan Titan, abisnya dia nyebutin nama Titan terus," jelas Anggi, ingatannya kembali menerawang pada kejadian semalam, yang mana Yasinta tak berhenti menangis hingga membuat Anggi susah memejamkan matanya untuk tidur. Segala macam cara dilakukan Anggi untuk membujuk Yasinta agar berhenti, tapi ternyata usahanya hanya sia-sia. Membuat Anggi ikut merasakan pedih saat sahabat dekatnya yang terlihat sangat rapuh seperti itu.
"Kamu nginap di rumah Yasinta?" tanya Revaldi.
"Bukan, tapi Yasinta yang nginap di rumah aku," jawab Anggi, ia diam sejenak memberikan jeda pada kalimatnya. "Dia enggak mau pulang, Mamanya masih enggak mau ngomong sama dia."
Alfian mengusap wajahnya kasar, entah mengapa ia merasa berasalah mendengar kabar bahwa Yasinta menangis. Saat Alfian sedang memperhatikan sekitarnya, tanpa sengaja sebuah objek yang menarik perhatiannya masuk ke dalam indera penglihatannya, membuat seringai muncul dari wajahnya walau hanya sebentar.
"Mamanya ngediamin Yasinta?" tanya Alfian pada Anggi, tapi matanya masih setia melirik ke arah seorang yang sedang bersandar di tembok sambil membaca buku tidak jauh dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta (SELESAI)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gimana rasanya gadis yang kita cintai malah mempermalukan kita di depan banyak orang? Ini kisah benci jadi cinta atau cinta jadi benci? Di saat Geri mengungkapkan perasaan dengan surat cinta, tapi Yasinta mala...