"Dadah Mama."
Yasinta melambaikan tangan pada Nike. Hari ini Yasinta berangkat ke sekolah tidak diantar oleh sopir melainkan Mamanya, entah apa gerangan yang membuat Nike tiba-tiba bersikeras ingin mengantar Yasinta.
Mobil honda jazz melesat menjauhi area sekolah. Yasinta tetap berdiri di tempatnya hingga mobil yang di kendarai Nike hilang di balik tikungan.
"I love you, Mom." Bibir Yasinta mengucap kata cinta dengan sangat pelan.
Pagi ini, wajah Yasinta sangat berseri-seri. Akhirnya setelah sekian lama Yasinta tidak diberi uang, kini Nike dengan sukarela membebaskan hukumannya. Tadi, sebelum turun dari mobil, Nike memberinya uang saku padahal masa hukuman Yasinta masih tersisa 16 hari lagi.
"Hari ini bisa makan sepuasnya," girang Yasinta, ia tidak sabar ingin menjelajah isi kantin yang penuh dengan makanan.
"Anggi," ucap Yasinta spontan, nama sahabatnya itu tiba-tiba muncul dalam ingatannya. "Iya, hari ini harus traktir Anggi."
Selama ini, Anggi yang selalu membelikan Yasinta makanan dan minuman. Walau tidak banyak tapi, tetap saja Yasinta harus bersyukur setidaknya ia tidak kelaparan saat di Sekolah.
"Doorr!" Seseorang datang mengagetkan, Yasinta merasa jantungnya hampir copot dari tempatnya, siapa pagi-pagi begini yang berani mengganggunya.
"Dandi!" teriak Yasinta dengan suara cemprengnya. Dandi yang sengaja menjahili Yasinta hanya menyengir memasang wajah tanpa dosa.
"Kalau gue jantungan gimana? Lo mau tanggung jawab?" omel Yasinta.
Jantungan, kata itu mengingatkan Yasinta pada Elsa, Elsa yang diketahui mempunyai penyakit jantung membuat Yasinta meringis. Tidak bisa dipungkiri, jika Yasinta lah yang menjadi penyebab Elsa masuk Rumah Sakit kemarin. Jadi, ia mempunyai niatan ingin menjenguk Elsa sekali lagi.
"Jangan marah-marah Yas, santai kayak di pantai."
"Pantai dari Hongkong," dengus Yasinta.
Kedua bola mata Yasinta melirik ke sana-kemari mencari seseorang, pandangannya melihat sekeliling, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang.
"Alfian enggak ada, kalau ada gue ngapain cari yang lain, sih." Lagi-lagi Dandi menunjukan deretan giginya, Yasinta heran mengapa orang di depannya itu sangat ringan dengan senyuman.
Ucapan Dandi tepat sekali, Yasinta memang sedang mencari Alfian. Yasinta pikir di mana ada Dandi di situ ada Alfian, tapi ternyata dugaannya salah besar. Anak kembar saja bisa terpisahkan apalagi Alfian dan kawan-kawannya.
"Siapa juga yang nyariin Alfian," bohong Yasinta.
"Masa? Nggak percaya, tuh." Dandi dengan seenaknya menyampirkan tangan di pundak Yasinta, ia sedikit menarik Yasinta dan membawanya masuk ke dalam sekolah.
Yasinta merasa risih atas perlakuan Dandi, bahunya menjadi makin berat membuatnya susah untuk berjalan, dengan sedikit kasar Yasinta melepaskan rangkulan tangan Dandi.
"Berat woy," sentak Yasinta.
"Giliran Alfian sama Geri saja boleh."
"Kapan Geri sama Alfian rangkul-rangkul gue?" Yasinta melotot menatap Dandi kesal.
"Alfian sering tuh rangkul-rangkul lo, digandeng juga 'kan sama dia? Bahkan sampai digendong Geri," ujar Dandi menarik turunkan alisnya.
Wajah Yasinta memanas, ia yakin pasti sekarang pipinya sudah merah padam seperti tomat. Jika mengingat Alfian yang selalu baik kepadanya membuat Yasinta sangat bahagia. Lalu, kejadian ketika Geri membopongnya menuju ke UKS, rasanya Yasinta malu setengah mati. Tapi, di sisi lain Yasinta juga senang, ia merasa berada satu tingkat di atas, melihat banyaknya cewek-cewek yang chat di ponsel Geri tapi tidak satupun yang di respon oleh Geri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta (SELESAI)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gimana rasanya gadis yang kita cintai malah mempermalukan kita di depan banyak orang? Ini kisah benci jadi cinta atau cinta jadi benci? Di saat Geri mengungkapkan perasaan dengan surat cinta, tapi Yasinta mala...