Happy reading guys
Kalian jaga kesehatan ya, byeeee🤗.
.
.
."Ma, Pa, ada yang mau aku omongin," ucap Yasinta takut-takut.
"Apa sayang?" tanya Danu yang sedang menyesap kopinya.
Yasinta menarik nafas dalam, mengumpulkan niatnya untuk berbicara jujur kepada kedua orang tuanya.
"Apa? Sini duduk dulu." Nike menepuk kursi di sebelahnya.
"ini." Yasinta menyerahkan surat skorsing yang diberi oleh Pak Ali.
Raut wajah Nike tampak begitu marah saat membaca selembar kertas yang baru saja diberikan Yasinta. Mata tajamnya membaca satu-persatu kata yang tertulis di sana, lalu setelah selesai kertas itu ia berikan kepada Suaminya yang ada di sebelahnya.
"Yasinta, kamu keterlaluan. Ngikutin siapa kamu kayak gitu?" Marah Nike.
"Kamu mau jadi berandalan? Kamu ini kerjaannya bikin masalah saja, mau Papa hapus kamu dari daftar kartu keluarga?" timpal Danu tidak mau kalah dari Nike.
"Enggak Pa, rokok itu bukan punya Yasinta. Yasinta enggak tau apa-apa tentang rokok itu, Papa sama Mama tau sendiri 'kan kalau Yasinta enggak merokok." Yasinta sudah berkaca-kaca. Ia tidak mau jika sampai di hapus dari daftar kartu keluarga.
"Terus kenapa bisa rokok itu ada di tempat kamu?" Nike mengeraskan oktaf suara dari biasanya, membuat Yasinta memejamkan matanya sebentar.
"Aku enggak tau Ma, bisa aja 'kan ada yang jahil sama aku," kata Yasinta.
"Alasan saja. Kamu Mama hukum, selama seminggu kamu enggak boleh keluar dari rumah," putus Nike.
"Kalau cuma itu sepertinya kurang Ma." Danu menatap tajam Yasinta. "Kita kunci di gudang belakang saja."
"Ide bagus itu Pa, jangan kasih makan sekalian."
Yasinta menggelengkan kepalanya, ia bergidik ngeri membayangkan jika ia memberitahu kedua orang tuanya prihal dirinya diskorsing selama seminggu dari Sekolah, benar-benar kacau. Pikirannya berkecamuk, ia sekarang sedang berada di ambang kecemasan. Yasinta terlalu takut untuk mengatakan yang sejujurnya.
Yasinta meneguk ludah dengan susah payah saat melihat Nike dan Danu sedang sarapan di meja makan. Kedua orang tuanya sedang makan sambil bercanda ria, Yasinta tidak sanggup mengacaukan suasana harmonis itu.
Yasinta meremas surat skorsing di belakang tubuhnya. Niat awalnya segera ia urungkan, lebih baik Yasinta tidak mengatakan yang sebenarnya kepada kedua orang tuanya, ingin mengatakannya pun nyali Yasinta sudah menciut deluan.
"Yasinta ngapain sayang, ayo sini sarapan," panggil Danu ketika melihat Yasinta yang hanya diam saja di tempat.
"Hm, iya Pa." Yasinta berjalan gugup menghampiri kedua orang tuanya.
"Ayo sini duduk di samping Mama." Nike menepuk kursi di sebelahnya.
"Iya Ma," jawab Yasinta sambil mengikuti intruksi Nike.
Rasanya tak karuan untuk Yasinta, dengan bersikap seolah biasa saja, Yasinta duduk di sebelah Nike. Ia sama sekali tidak bernafsu makan melihat makanannya di depannya.
"Itu kertas apa, Yas?" tanya Nike melihat remasan kertas di tangannya.
Buru-buru Yasinta menyimpan kertas itu dan langsung memasukinya ke dalam kantung, Yasinta tidak akan membiarkan dirinya ketahuan.
"Lho, kamu nggak Sekolah? Kok masih pake baju tidur, nanti terlambat loh." Danu menatap lembut Yasinta.
"I-iya Pa, ini aku mau siap-siap," jawab Yasinta langsung beranjak menuju kamarnya. Yasinta bersyukur karena Danu mengingatkan masalah Sekolah, jadi Yasinta bisa pergi dari sana tanpa menjawab pertanyaan dari Nike.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta (SELESAI)
Jugendliteratur⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Gimana rasanya gadis yang kita cintai malah mempermalukan kita di depan banyak orang? Ini kisah benci jadi cinta atau cinta jadi benci? Di saat Geri mengungkapkan perasaan dengan surat cinta, tapi Yasinta mala...