☆ Author
Sore itu Leona menunggu seharian di dalam apartment Renata bersama dengan Gilang sampai malam, tapi orang yang ditunggu tak kunjung datang. Malah dia kembali bertemu dengan Arya yang akan mengambil barang-barang milik Renata bersama tiga orang suruhannya.
Leona meminta waktu untuk berbicara empat mata dengan Arya yang langsung disetujui oleh pria itu hingga Gilang memilih pergi keluar sekaligus untuk menghilangkan emosinya pada sang paman. Untunglah amarah Arya sudah sedikit mereda sehingga dia bisa berbicara dengan pikiran jernih, sambil menunggu para pekerjanya membereskan barang-barang Renata.
"Langsung saja pada intinya. Saya tidak punya banyak waktu hanya untuk meladeni anda," ucap Arya dingin.
"Saya ingin minta maaf om, tolong om jangan main tangan pada Renata. Ini salah saya sepenuhnya, saya siap jika om ingin menghajar saya asalkan Renata baik-baik aja." Leona terdiam sejenak untuk melihat bagaimana reaksi pria yang hampir seumuran dengan daddy-nya itu.
"Hanya itu saja yang ingin anda bicarakan?"
"Saya benar-benar ingin meminta restu dari om, karena itu saya mencoba membuktikan kalau saya bisa mandiri dan pantas untuk putri om. Saya sepenuhnya sadar kalau ini tidak benar, tapi apakah salah kalau saya ingin memperjuangkan cinta kami dan bahagia bersama?
Saya tau, jauh di dalam lubuk hati Renata dia ingin membahagiakan om karena dia sangat menyayangi om. Maka dari itu dia mencoba untuk menjalani perjodohannya tapi bukankah putri om juga berhak untuk bahagia?" Ujar Leona panjang lebar.
"Dengar, anda tidak berhak mengatakan pantas untuk putri saya disaat anda sendiri sudah menipu saya. Lalu kalian menyebut kelakuan tidak bermoral kalian sebagai cinta? Kalian sakit jiwa. Dan satu lagi, saya tidak pernah meminta putri saya untuk membahagiakan saya. Dia sendiri yang memilih ingin membuat saya bahagia. Lalu anda pikir jika kalian berdua bahagia, orang-orang disekitar kalian akan ikut bahagia juga? Jangan terlalu naif. Saya yakin putri saya tidak ingin hal itu terjadi jika dia masih menganggap saya sebagai ayahnya, bahagia sendiri sementara keluarganya harus menanggung malu karena perbuatannya?!
Jadi saya minta baik-baik pada anda untuk menjauhi putri saya, jangan menemuinya dan juga berhenti menjerumuskannya lagi. Anda orang yang selalu memegang kata-kata anda kan?" ujar Arya penuh penekanan.
"Iya om benar. Sebisa mungkin saya selalu menepati janji saya tapi maaf karena saya sudah terlebih dulu berjanji pada putri om untuk tidak pernah meninggalkannya," tegas Leona.
"Kalau begitu saya yang akan membuat putri saya meninggalkan anda." Putus Arya.
"Maaf tuan, barang-barang non Renata sudah diangkut semua." Terdengar interupsi dari seorang pekerja yang datang bersama Arya tadi.
"Baiklah, kita pergi."
Arya pergi dari apartment itu tanpa kata lagi, meninggalkan Leona yang termenung seorang diri.
☆☆☆
Dua hari terlewati sudah. Arya benar-benar menepati ucapannya untuk menjauhkan Renata dari Leona, dia selalu mengantar jemput Renata dengan tepat waktu, ponsel Renata pun benar-benar disita olehnya sehingga keduanya sulit untuk berkomunikasi.
Meskipun begitu mereka berdua masih bisa berkomunikasi di sela-sela waktu senggang maupun saat jam istirahat, tapi tak lagi sama seperti dulu.
Seperti saat ini, mereka sedang menghabiskan waktu di rooftop. Tapi rasanya kini ada tembok tinggi yang menghalangi mereka berdua. Candaan mereka tak seceria dulu, segala yang mereka lakukan selalu diiringi dengan kesedihan dan juga pikiran-pikiran negatif tentang hubungan mereka yang entah akan berujung di mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I ? [Slow Update]
RomanceWARNING!! (GxG) Yang anti abaikan aja ya, tulisan gue gak bagus kok😊 Cerita tentang seorang gadis bernama Leona yang mencoba untuk menerima takdir yang dituliskan tuhan untuknya. Dia merupakan seorang gadis pembangkang dan selalu bertingkah semauny...