Fist

4.5K 317 26
                                    

☆ Author POV

Beberapa hari yang lalu telah di adakan perlombaan di bidang olahraga dan akademik di yayasan tempat Leona menempuh jenjang pendidikan SMA-nya. Dan hari ini merupakan hari puncak dari acara-acara yang telah berlangsung dalam rangka ulang tahun yayasan.

Sejak pagi tadi final berbagai perlombaan sudah dimulai dimana nama para juara dari perlombaan itu akan diumumkan di acara puncak nanti malam. Yup! Malam nanti para siswa siswi di yayasan ini akan menunjukkan bakatnya dalam bidang bernyanyi dan menari.

Terlihat dua sahabat dengan rambut yang sama-sama diikat ponytail sedang duduk sambil memainkan ponselnya masing-masing meskipun gaya berpakaian mereka berbeda jauh.

Satu gadis memakai sneakers putih, celana jeans hitam dan kaos putih yang dipadukan dengan kemeja kotak-kotak merah putih yang tidak terkancing. Dan gadis satunya memakai flat shoes berwarna nude, rok rempel selutut berwarna putih gading dengan kaos lengan panjang berwarna senada dengan sepatunya.

"Gue bete, gue bosen, pengen pulang!" Siapa lagi kalau bukan Leona yang selalu menggerutu seperti itu. Sejak pagi dia terus menerus mengatakan hal itu sampai-sampai sahabatnya bosan mendengar keluhannya itu.

"Ya salah siapa lo gak ikut kegiatan apapun," ucap Intan santai. "Lagian nanggung kalo lo mau pulang, ini udah jam setengah enam bentar lagi acara puncak juga dimulai."

"Hmm," sahut Leona malas.

Sebenarnya dia sudah berencana tidak akan datang ke sekolah karena hari ini seharian penuh akan diisi oleh kegiatan-kegiatan perlombaan dan tidak ada kegiatan belajar mengajar sama sekali.

Tetapi sang kepala sekolah yang merupakan om-nya memaksanya untuk datang ke sekolah, karena acara ini tertutup untuk umum dan hanya dimeriahkan oleh para siswa, para guru dan para staff di yayasan itu saja.

"Terus sampe kapan kita mau diem disini Yon? Gue bosen juga kalo disini terus," ucap Intan.

Bagaimana mereka tidak bosan jika sejak siang tadi mereka hanya berdiam diri di atap sekolah hanya karena Leona terus menerus dikejar oleh orang-orang yang ingin menembaknya?

"Kalo bisa sih sampe acara selesai, gue males dikejar-kejar mulu."

"Sampe pulang? Gak mau gue! Gue mau liat acara puncak, kita turun aja yuk!"

Leona terlihat berpikir sejenak. "Oke deh tapi lo jangan jauh-jauh ya, ngeri gue tiba-tiba dikerubungin sama cewe-cewe alay gitu."

"Hahaha, kok bisa ya cewe-cewe di sekolah pada nembak lo padahal biasanya mereka adem-adem aja."

"Au ah. Gue juga kaget ternyata disini banyak juga yang belok, ckck."

"Kayaknya mereka jadi belok semenjak lo sekolah disini deh, hahaha."

"Jadi ini salah gue gitu?"

"Menurut lo?"

"Gue gak pernah salah ya!!"

"Yang gak pernah salah itu cewe, emang lo cewe? Pfftt.." melihat raut muka Leona, Intan menahan agar tawanya tidak keluar.

"Menurut lo?" Leona membalikan perkataan Intan tadi.

"Hmm menurut gue sih lo cewe jadi-jadian, hahaha."

"Serah lo deh!"

"Dih ngambek. Lo mau taruhan kalo mereka emang belok gara-gara lo gak?" Intan memainkan kedua alisnya.

"Gimana caranya?"

Intan terlihat menatap ke langit sambil berpikir dan kemudian menjentikan jarinya sambil tersenyum puas. "Renata!"

Can I ? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang