Kangen

3.5K 297 111
                                    

☆ Renata

Rasanya jantungku masih deg-degan terus tiap deket sama Leona padahal sebelum pacaran gak sampe kayak gini deh, apalagi gak ada yang berubah sejak kita pacaran.

Eh ada deh, Leona makin jadi mesumnya tapi untung sih dia takut kalo aku udah mulai cubit-cubit jadi masih aman lah paling seringnya cium-cium pipi sama kening aja. Terakhir cium bibir cuma pas mau pulang setelah liburan di pantai, entah keberanian darimana tiba-tiba aja aku cium dia, duh jadi malu (* / ω\)

"Gue kan belom siap ditinggal secepet ini, lo pasti ngerti kan gimana perasaan gue Nat? Nat? Nata! Lo dengerin gue gak sih!"

"Ehh G-gue denger kok, hehe."

"Bohong! Lo malah senyum-senyum terus daritadi, lo seneng ya gue ditinggal pergi!" ucap Dira kayaknya kesel, sekarang kita lagi ada di kamarku dengerin dia curhat perihal Nico yang bakal pergi lebih awal buat kuliah di Inggris.

"Apaan sih Dir, lagian siapa juga yang senyum-senyum," elakku.

"Liat sendiri tuh!" Dira sodorin kaca tepat didepan wajahku. "Mana muka lo sampe merah gitu, lo sakit?"

"Gue gak sakit kok, oh iya tadi lo cerita sampe mana?"

"Tuh kan lo gak dengerin!" rengek Dira.

"Gue beneran dengerin kok tapi cuma sampe Nico minta ijin doang, hehe," ucapku sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengah membuat simbol peace.

"Udah ah lanjut nanti aja, gue udah keburu bete!"

"Ya udah deh," ucapku mengerti. Dira emang gitu, dia kalo lagi kesel sama Nico pasti kayak gitu tapi kalo mood-nya udah bagus pasti ceritanya dilanjutin.

"Dir."

"Hm?" sahutnya, dia sekarang sibuk sama ponselnya. Paling lagi balesin chatnya Nico tuh.

"Gue mau nanya dong."

"Tanya aja lagi," balasnya masih fokus dengan ponselnya.

"Kalo orang pacaran itu ngapain aja sih?" tanyaku ragu. Aku menipiskan bibir menahan malu saat Nadira menoleh ke arahku dengan cepat.

"Lo udah jadian Nat? Sama siapa? Jangan dijawab biar gue tebak aja, sama Leona ya?" tanyanya bertubi-tubi. Kebiasaan deh, Dira itu kalo nanya pasti langsung dijawab duluan sama dirinya sendiri.

Aku menganggukkan kepalaku, "Kok lo tau?"

"Ya taulah Nata sayang, lo itu kan cuma deket sama gue, Gilang, Nico, Leona, Reza. Lo gak setega itu sama gue buat jadian sama Nico, Reza? Kalian juga gak deket-deket banget. Kandidat terakhir ya tinggal Leona, apalagi lo juga kan suka sama dia jadi udah ketebak sih, hahaha."

"Lo gak marah, kan?"

Jujur aku masih takut dengan reaksi orang-orang terdekatku karena itu aku lebih memilih mengatakannya pada Nadira terlebih dahulu sebelum bang Gilang. Kita sama-sama perempuan apalagi Nadira itu orangnya selalu menanggapi hal apapun dengan bijak makanya dia dipilih jadi Ketos.

"Gue malah seneng, akhirnya perasaan lo gak sia-sia," ucapnya semangat.

"Tapi gue takut," seketika nyaliku menciut.

Nadira mendekat dan memeluk untuk menenangkanku. Ini yang aku suka darinya, dia selalu menjadi kakak yang baik dan membuatku kembali tenang dengan pelukannya.

"Jangan takut. Ada gue, ada Gilang juga, kita bakal terus ada di samping lo."

"Tapi gimana kalo papa tau hubungan gue sama Leona?"

"Ssttt.. jangan mikirin itu dulu, untuk sekarang lebih baik lo fokus sama sekolah dan kebahagiaan lo dulu."

Aku hanya bisa mengangguk pelan, meng-iyakan ucapan Nadira. Dira bener, aku juga boleh merasakan bahagia, kan? Dan Leona salah satu orang yang membuatku bahagia selain keluarga dan kedua kakakku ini.

Can I ? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang