☆ Author
Tak terasa sudah hampir satu minggu lamanya Leona tinggal di tempat Renata. Hubungan mereka berduapun berjalan dengan lancar meskipun di bumbui dengan pertengkaran kecil karena hal-hal sepele.
Kegiatannya di sekolah juga berjalan seperti biasa. Terkadang Ramona mengajaknya ke ruangan Mario dan karena hal itu Leona sering mendapat tatapan heran dari para siswa siswi yang memiliki kadar ke-kepoan level maksimal. Tapi gadis itu tetap acuh seperti biasa.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu namun empat gadis di kelas XII IPA 1 masih asik membicarakan tempat tujuan untuk girls day mereka yang jatuh pada hari ini, hari sabtu alias malam minggu. Ya, mereka memutuskan untuk meluangkan setidaknya sehari dalam seminggu untuk jalan-jalan bersama tanpa teman pria mereka (baca: Gilang).
Awalnya tentu saja Leona menolak karena dia sudah tahu isi pikiran para gadis itu yang tak jauh dari belanja, belanja dan belanja. Dia lebih memilih menghabiskan waktu berdua saja dengan Renata atau nongkrong dengan teman-teman prianya sambil membicarakan hal-hal seputar otomotif.
Tapi tentu saja dia tak bisa menolak perintah si macan betina. Renata bilang, "Cuma seminggu sekali doang, lagian kasian mereka. Dira sendirian, Intan juga sendirian, daripada mereka jalan-jalan sendiri mending rame-rame kan? Lebih seru."
Dan setelah cukup lama membicarakan tempat tujuan mereka kali ini, akhirnya terpilihlah satu tempat dimana mereka akan menghabiskan girls day mereka.
"Gue gak ikut ya plis," mohon Leona.
"Gak asik ah lo Yon," timpal Intan.
"Iya Le, lagian kapan lagi kita bisa main bareng gini? Bentar lagi juga udah mau uts," Nadira ikut menimpali.
Leona memandang Renata untuk meminta bantuan, namun dia malah mendapatkan tatapan tajam dari Renata yang membuatnya meringis.
"Emang gak ada tempat lain apa? Ke hutan kek, ke gunung atau taman bermain?" tanya Leona masih menawar.
"Lo tuh aneh ihh, niat mau mempercantik diri masa diajak ke tempat gituan. Mau ngapain? Semedi? Ritual? Atau ngilmu?" balas Intan, Leona mendengus mendengar ucapan sahabatnya.
"Udah ah kita cabut sekarang yuk biar gak kemaleman, gue ada janji dinner ntar malem," sela Renata karena jika tidak begitu Leona dan Intan akan terus berdebat. Renatapun berdiri dan menarik tangan Dira, meninggalkan Leona dan Intan yang masih terdiam.
"Kemaleman? Emang bakal sampe malem? Gila aja, ini tuh baru jam setengah dua siang!!" Sungut Leona.
"Makanya udah ayo, biar waktu dinner kalian gak keganggu," ucap Intan. Leona cemberut.
"Dinner-nya bukan sama gue tapi sama bonyoknya." Intan tertawa puas melihat raut wajah sahabatnya itu.
"Udah ah buruan."
Kedua sahabat itu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju parkiran, menghampiri Renata dan Nadira yang sudah duduk manis di dalam mobil Nadira. Leona memang tak membawa motor, tadi pagi dia dan Renata berangkat bersama Nadira menggunakan mobilnya.
Setelah mengemudi selama setengah jam, Nadira pun memarkirkan mobilnya. Ketiga gadis itu keluar dari mobil dengan bersemangat, berbanding terbalik dengan Leona yang terus menerus menghela nafas ditambah wajahnya yang tertekuk. Pasalnya tempat ini merupakan tempat pertama dan paling utama yang dia benci. Dia lebih memilih menemani mereka belanja di mall daripada menunggui mereka di tempat ini.
Ada yang bisa menebak tempat apa ini? Yup, salon kecantikan. Tepatnya salon kecantikan langganan Renata dan Nadira.
Renata dan Nadira memilih paket yang sama. Pijat dan body spa, manipedi, facial wajah yah semacam itulah. Sedangkan Intan hanya memilih hair spa dan manipedi saja, sebenarnya dia ingin melakukan facial wajah juga tapi dia tidak ingin wajah cantiknya terlihat oleh Renata dan Nadira. Cukup Leona saja yang tau wajah cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I ? [Slow Update]
RomanceWARNING!! (GxG) Yang anti abaikan aja ya, tulisan gue gak bagus kok😊 Cerita tentang seorang gadis bernama Leona yang mencoba untuk menerima takdir yang dituliskan tuhan untuknya. Dia merupakan seorang gadis pembangkang dan selalu bertingkah semauny...