Engagement

1.3K 150 129
                                    

☆ Author

Siang itu Leona bangun dengan kepala yang terasa nyeri, seperti di hantam dengan palu godam. Dia mengerjapkan matanya perlahan untuk menyesuaikan cahaya matahari yang menembus jendela kamarnya yang sudah terbuka.

Kepalanya mencoba memutar ulang kejadian semalam yang membuatnya bangun dengan keadaan yang cukup mengenaskan seperti ini.

Entah berapa banyak botol minuman yang dia habiskan mengingat dirinya yang kuat minum, ingatannya berakhir setelah dia menghubungi Ramona untuk mengambil mobilnya di sebuah kelab malam.

Suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Leona dari langit-langit kamarnya.

"Udah bangun?" Terdengar suara merdu menyapa pendengarannya.

"Eh iya, baru aja tan," jawab Leona sambil mencoba untuk duduk dan bersandar di kepala ranjangnya.

"Tante masuk ya, tante bawain sup nih buat kamu." Wanita cantik jelita itu masuk menghampiri Leona dengan senyum cantik terhias di wajahnya.

"Maaf, aku jadi ngerepotin tante," ucap Leona merasa tak enak hati.

"Iya, gak apa-apa. Makan dulu supnya biar badan kamu enakan." Nadine menyodorkan mangkuk sup pada Leona setelah meletakan nampan berisi air mineral di atas nakas yang berada di samping ranjang Leona.

"Makasih tan," ucap Leona sambil menatap mangkuk sup di tangannya.

"Ya udah tante keluar dulu ya. Hati-hati supnya masih panas." Nadine berdiri dan beranjak keluar kamar Leona.

"Tan," panggil Leona saat Nadine hendak menutup pintu kamarnya. "Semalem, om marah gak liat aku kayak gitu?" Nadine tersenyum mendengar nada takut dari suara Leona.

"Sedikit. Tapi tenang aja, udah tante jinakin lagi kok, hehe." Canda Nadine.

"Sekali lagi makasih tan, aku seneng sekarang om udah ada pawangnya, haha."

"Ada-ada aja kamu. Tante tinggal ya, mau siapin makan siang dulu." Leona mengangguk kemudian kembali menatap mangkuk ditangannya setelah pintu kamarnya tertutup.

Dia tersenyum tipis, pikirannya melayang pada saat gadisnya melakukan hal yang sama. Menyiapkan sup untuk menghilangkan sakit di kepalanya. Sup pertama buatan Renata yang pernah di makan olehnya untuk menghilangkan hang over-nya karena setelah kejadian itu dia berusaha untuk tidak menyentuh minuman beralkohol lagi.

Rasa sesak di dadanya kembali muncul saat dia memikirkan gadisnya. Tunggu, dia masih boleh menyebut Renata sebagai gadisnya kan meskipun hubungan mereka sudah berakhir?

Tak ingin kembali terpuruk dalam kesedihannya, Leona segera melahap sup yang mulai mendingin itu dan memutuskan untuk membersihkan tubuhnya yang penuh dengan bau alkohol setelah menghabiskan santapannya.

Setelah mandi dan memakai pakaian santainya, Leona lebih memilih untuk duduk di kusen jendela kamarnya sambil menatap langit cerah yang sangat bertolak belakang dengan keadaan dirinya.

Suara ketukan pintu di kamarnya mengusik lamunanya, Mario masuk setelah Leona menyahut.

"Gimana perasaan kamu? Seneng? Lega? Atau perlu om bawain minuman kayak gitu lagi?" Sindir Mario setelah duduk di sisi ranjang Leona. Leona mencebikkan bibir bawahnya.

"Gitu amat om nyindirnya."

"Mending om nyindir kamu kan daripada om marah-marah? Bikin keriput aja," jawab Mario santai.

"Gak sadar umur ya om? Orang setua om itu manusiawi loh kalo keriput."

"Gak usah ngehina kayak gitu juga dong, om kan masih kepala tiga. Kil, om gak suka liat kamu mabuk-mabukan lagi, gak ada manfaatnya. Kalau ada masalah itu selesaikan baik-baik. Gimana kalau daddy kamu sampai tau? Percuma dong om bawa kamu jauh-jauh ke sini kalo gak berubah juga."

Can I ? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang