Ketulusan

1.5K 162 78
                                    

☆ Author

Sudah beberapa hari selama liburan, Leona sibuk memperdalam ilmu bisnisnya pada Ramona. Rasanya dia jadi teringat masa-masa dimana Ramona dengan keras mengajarinya saat dia masih kecil dulu.

Renata sama sekali tak pernah mengeluh karena gadis mungil yang lebih memilih pulang ke rumah selama liburan itu juga menyibukkan diri dengan buku-buku pelajaran dan juga menemani adiknya. Terkadang dia juga -dengan sangat terpaksa- menemani calon tunangannya yang datang berkunjung ke rumahnya. Tentu saja dengan sepengetahuan Leona karena Renata selalu mengabari apapun kegiatannya.

Sesekali Leona mengajak Renata berkencan. Saat ditanya tentang kegiatannya selama liburan ini, gadis tomboy itu akan berkata "disuruh daddy belajar bisnis sama si Ramon." Dan dengan polosnya Renata percaya begitu saja. Ya, tidak sepenuhnya berbohong sih.

"Kamu cepat sekali belajar ya. Gak seperti dulu, harus dipaksa sampai menangis," canda Ramona dengan muka datarnya, membuat Leona mendengus mendengarnya. Saat ini mereka berdua sedang berada di ruang kerja Ramona.

"Gak usah ngungkit yang lalu deh, gue udah bukan anak manja yang cengeng kayak dulu," ucap Leona mencebikkan bibirnya.

"Iya kamu benar. Sekarang kamu terlihat lebih bertanggung jawab," balas Ramona sambil memperhatikan Leona yang sedang membaca kertas-kertas yang berserakan di depannya. "Leon, kamu yakin dengan kesepakatan kamu sama pak Arya kemarin?"

"Gue harus yakin. Gue pikir cuma ini kesempatan gue buat nunjukin kalo gue bisa, makanya lo bantuin gue, ajarin sampe gue bisa ya!" Jelas Leona panjang lebar.

"Tapi bagaimana kalau sampai identitas kamu terungkap?"

"Gue gak tau. Kalo orang-orang tau juga gue rasa gak masalah, daddy pasti gak akan tinggal diem, kan?"

"Tapi mustahil membuktikan diri dalam waktu dua bulan, itu terlalu singkat."

"Yang penting gue harus berusaha dulu, masalah akhirnya kayak gimana siapa yang tau," balas Leona acuh.

Ramona hanya bisa menghela nafas dan percaya pada gadis dihadapannya meskipun dia tau betul itu mustahil. Meningkatkan profit perusahaan sebanyak sepuluh persen dalam waktu dua bulan? Itu terlalu singkat.

Ponsel Leona bergetar, menampilkan nama kontak Renata di layarnya.

"Saya keluar dulu," pamit Ramona, memberikan privasi untuk Leona. Leona hanya mengangguk sebelum menjawab panggilan itu.

"Halo sayang," sapanya ceria.

"Hai, kamu lagi di mana?"

"Biasa, di tempat si Ramon. Kenapa nelpon? Kangen ya?" Tembak Leona langsung. Terdengar suara Renata yang terus berdeham seperti salah tingkah.

"Duh si sayang salting nih!" Ledek Leona yang kemudian tertawa renyah. "Aku juga kangeeeeennn banget sama kamu. Jalan yuk!" Sambungnya.

"Jalan? Sekarang?"

"Nanti aja pas kita udah masuk sekolah. Ya sekarang lah Renata sayang."

"Ya udah cepetan kamu jemput, aku tunggu depan komplek. Jangan lama ya, keburu Aldo dateng nanti."

"Oke sayang, tunggu aku ya!" Leona mematikan sambungannya dan meraih jaketnya dengan tergesa. Dia tidak ingin sampai Aldo mendahuluinya.

"Mon gue balik ya!" Teriak Leona membuat Ramona berjalan keluar dari arah dapur dengan heran.

"Gak ikut makan siang dulu kak?" Tanya Naira yang berdiri di belakang Ramona.

"Nggak, gue buru-buru. Sampe besok ya, bye." Leona pun menghilang dibalik pintu meninggalkan keheningan di antara dua manusia yang tinggal di rumah itu.

Can I ? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang