Akhir Kisah Kita

830 59 2
                                    

☆ Author

Saat ini Leona tengah duduk menyepi di halaman belakang rumah Ramona. Gadis tomboy itu terpaksa mengungsi kesini dan berencana menginap beberapa hari untuk menghindari kedua orangtuanya yang tiba-tiba datang tadi pagi.

Ya.. semoga saja daddy-nya tidak tau tempat tinggal Ramona.

Leona enggan berdebat dengan sang daddy yang terus memaksanya pulang. Dia tau, pasti daddy-nya sudah habis kesabaran karena Leona tidak menepati perjanjian yang dibuat oleh dia dan daddy-nya.

Tapi Leona masih belum bisa pergi dengan tenang. Otaknya masih memikirkan masalah beberapa waktu lalu dengan Renata.

Sudah hampir seminggu Leona tidak bertatap muka dengan Renata. Pertemuan terakhir mereka adalah saat jalan-jalan ke puncak, setelah itu Renata menolak untuk bertemu dengannya meski Leona terus mengirim pesan. Panggilan teleponnya pun diabaikan oleh Renata. Gadis itu tidak mengangkat juga tidak menolak panggilannya, hanya dibiarkan berhenti dengan sendirinya.

"Mau sampai kapan kamu terus menghindar?" Sebuah suara membuyarkan lamunannya. Ramona duduk di samping Leona dengan membawa secangkir kopi ditangannya.

"Sampe masalah gue selesai lah," sahut Leona malas.

"Masalah kamu tidak akan pernah selesai kalau kamu terus mengikuti ego kamu. Kamu tidak lihat bagaimana pengorbanan gadis itu? Seharusnya kamu berpikir kalau disini bukan cuma kamu yang menderita."

Leona terdiam mendengar ucapan dari Ramona.

"Emang bener, bukan cuma gue yang tersakiti tapi kenapa rasanya perjuangan gue selama ini gak dihargai dan cuma sia-sia doang? Gue harus gimana?"

"Memangnya kamu sudah melakukan apa? Yang saya lihat kamu hanya bersenang-senang saja, menikmati hubungan yang belum jelas arah tujuannya."

"Kenapa lo ngomong seolah-olah lo ngeliat sendiri apa yang gue lakuin?!" Leona tersinggung dengan ucapan Ramona.

"Saya hanya bicara fakta. Apa menurut kamu dengan membuat gadis itu bahagia dan selalu tersenyum bersama kamu sudah cukup? Saya kira kamu sangat mengenal gadis itu tapi dugaan saya ternyata salah. Kamu belum benar-benar mengenalnya." Ramona menyeruput kopinya dengan santai.

"Maksud lo, lo lebih kenal dia daripada gue?" Sarkas Leona. Ramona menaikan kedua alisnya seolah mengejek.

"Jangan bilang lo suka sama dia. Apa gak cukup lo bikin gue pisah sama Natalia?"

Ramona memijat pelipis sembari menghela nafas lelah. Kenapa Leona malah jadi membahas masa lalu?

"Jangan mengambil kesimpulan sendiri. Dan berhenti membahas masa lalu, tidak ada gunanya." Rasanya Leona ingin sekali memukul wajah Ramona saat ini juga tapi dia takut diusir.

"Kamu marah? Saya hanya mengatakan fakta."

Leona mendecih kesal. "Lo kenapa sih bukannya bantuin malah nyudutin gue?"

"Saya tidak bermaksud menyudutkan. Saya bilang begitu biar kamu segera mengambil keputusan, kamu tidak bisa kabur terus menerus. Ayah kamu bukan orang yang sabar."

Leona membenarkan ucapan Ramona.

"Terus gue harus gimana?" Ucapnya pasrah.

"Kamu masih belum benar-benar bisa melepaskan gadis itu?" Leona mengangguk. "Kalau begitu temui dia, tapi jangan paksakan keinginan kamu jika keputusannya tidak berubah sama sekali. Kamu harus mencoba belajar ikhlas."

"Tapi dia gak mau bales chat gue, gimana caranya gue bisa ngajakin ketemu?"

"Nanti saya bantu." Ramona beranjak dengan membawa cangkir kopi yang sudah kosong ditangannya. "Tidurlah, sudah malam." Ramona berjalan masuk kedalam rumah tanpa mendengar jawaban dari Leona yang hanya berdehem sambil mengutak-atik ponselnya untuk mendengarkan playlist lagu-lagu galau di spotify.

Can I ? [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang