☆ Author
Di sebuah ruang perkantoran yang sangat luas, terlihat dua orang dewasa sedang berbicara mengenai bisnis. Pria pemilik kantor itu terlihat begitu serius mendengar penuturan dari investor barunya. Pria itu -Aryabrata Wiguna- tak sadar jika di luar kantornya ada seorang wanita yang begitu kekeh ingin masuk menemui dirinya.
"Arya ada di dalam kan?" Tanya wanita itu tegas.
"Ada mbak, tapi bapak lagi ada tamu," jawab sekretaris Arya.
"Saya gak peduli, sangat ingin bertemu dia sekarang!"
"Tapi.. tunggu mbak!" Seru sekretaris Arya saat melihat wanita itu telah membuka pintu ruangan bosnya dengan tak sabar.
"Arya!" Seru wanita itu membuat Arya perlahan berdiri dari kursi kebesarannya. Terlihat wajah tamunya pun sedikit berkerut melihat kedatangan wanita itu.
"Mitha?" Heran Arya yang cukup terkejut dengan kedatangan saudara kembar dari mendiang istrinya. "Apa-apaan ini?! Lidya kenapa kamu membiarkan dia masuk? Kamu tau kan saya sedang ada tamu penting!" Ujar Arya pada sekretarisnya yang juga merangkap sebagai istrinya.
"Maaf pak saya sudah berusaha mencegahnya tapi-"
"Sudah, saya kemari bukan untuk melihat perdebatan kalian. Saya sudah mendengar rencana perjodohan kamu terhadap keponakan saya. Sudah cukup kamu menghancurkan hidup adik saya dan saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi pada anaknya!" Ujar Mitha panjang lebar menjelaskan maksud kedatangannya.
"Dengar! Kamu tidak berhak mencampuri urusan keluarga saya!" Balas Arya. "Dan juga bukannya terbalik? Adik kamu yang sudah menghancurkan kepercayaan saya!" Sarkasnya.
Mitha mendengus. "Omong kosong! Saya kenal betul siapa Metha, dia bukan orang yang sama seperti yang ada dibayangan kamu selama ini."
"Cukup! Saya tidak punya waktu untuk berdebat dengan kamu. Silahkan keluar sebelum saya panggil keamanan untuk mengusir kamu," tegas Arya.
"Baiklah saya akan pergi. Tapi ingat baik-baik, kamu pasti akan menyesali keputusan kamu itu!" Seru Mitha sebelum keluar dari ruangan Arya. Dalam hati dia bersyukur karena dulu tak menerima di jodohkan dengan pria egois seperti Arya tapi juga Mitha menyesal karena sudah mengorbankan saudari kembarnya.
Arya mengatur nafas sejenak untuk meredakan emosinya sebelum mengembalikan perhatiannya pada tamu yang masih setia menunggu dengan tenang di sofa seberangnya.
"Maaf atas gangguan kecil barusan," ucap Arya.
"Tidak apa-apa, saya bisa memakluminya," jawab tamu itu dengan senyum tipis di wajahnya.
Kedua orang itu kembali pada topik pembahasan sebelumnya hingga sejam kemudian mereka mengakhiri pertemuan itu.
"Pak Arya, saya tunggu kabar selanjutnya. Saya harap anda dan dewan direksi serta para pemegang saham lainnya mempertimbangkan permintaan dari atasan saya."
"Anda tidak usah khawatir, pasti akan saya kabari," balas Arya.
"Senang bekerja sama dengan anda. Kalau begitu saya permisi," pamit tamu itu setelah berjabat tangan dengan Arya.
"Seharusnya saya yang berkata seperti itu bu Mona, terima kasih karena anda sudah percaya pada kami."
Ramona berjalan menuju pintu keluar. Saat akan meraih handle pintu dia berbalik kembali menghadap Arya.
"Pak Arya."
"Ya bu Mona, apa masih ada yang ingin anda sampaikan?"
"Saya hanya ingin bilang semoga anda tidak akan menyesal lagi." Ucapan Mona membuat kening Arya mengkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I ? [Slow Update]
RomanceWARNING!! (GxG) Yang anti abaikan aja ya, tulisan gue gak bagus kok😊 Cerita tentang seorang gadis bernama Leona yang mencoba untuk menerima takdir yang dituliskan tuhan untuknya. Dia merupakan seorang gadis pembangkang dan selalu bertingkah semauny...