HARGAI DENGAN MEMBERI VOTE!!
HAPPY READING🔥
.
.
.Luna sesaat mematung di tempat ketika melangkah keluar mendapati Denta berdiri di depannya dengan sorot mata dingin yang penuh intimidasi. Kakinya perlahan melangkah mundur dan berbelok hingga masuk kembali ke kamar mandi. Luna semakin gugup kala Denta melangkah maju menatap lurus ke arahnya tanpa berkedip barang sekali hingga punggungnya menyentuh dinding dengan sempurna. Langkah Denta terhenti ketika ujung sepatu mereka saling menabrak.
"Ka-kamu kenapa ada di-disini, Ta?" tanya Luna terbata-bata menatap Denta dengan senyum yang ia buat semanis mungkin guna menutup rasa gugupnya.
Denta tersenyum miring.
"Lo nggak papa?" Naya berjongkok di samping Tassa. "Dia enggak macam-macam kan?" tanya Naya lagi seraya meraba beberapa bagian tubuh Tassa. Naya khawatir Luna melakukan hal gila pada Tassa. Ia tahu seberapa gilanya gadis itu jika sudah berkaitan dengan obsesinya.
Memegang lehernya yang masih terasa sakit Tassa menggeleng lemah. Gadis itu jelas berbohong karena tidak mau membuat Naya khawatir atas perbuatan Luna.
"Leher lo kenapa?" Naya menggapai leher Tassa, namun langsung ditangkis oleh gadis itu.
"Aku enggak papa, Nay ...," ujar Tassa refleks menjauhkan kepala menghindar dari Naya. Tapi sepertinya gadis itu tidak mau menyerah dan terus berusaha menjauhkan tangan Tassa dari lehernya.
"Astaga!" Mata Naya melebar melihat jejak tangan berwarna merah di leher Tassa kala berhasil menjauhkan tangan gadis itu. "Lo dicekik sama mak Lampir itu?!" Naya tanpa sadar mengeraskan suara melempar tatapan tajam sebentar ke arah Luna yang kebetulan menengok ke arah mereka dengan mata melotot.
Tassa menyerngit bingung menatap reaksi berlebihan Naya ketika sahabatnya itu berhasil menjauhkan tangannya. Naya tahu dirinya dicekik oleh Luna. Berarti ... Luna meninggalkan jejak merah dilehernya!
"E-enak aja lo! Bu-bukan gu-gue yang cekik dia!" ujar Luna panik. Tidak bisa di biarkan. Kalau seperti ini bisa-bisa hancur citranya di mata Denta. "De-Denta ... kamu ja-jangan percaya, ya? I-itu bukan aku kok yang cekik dia. Aku se-serius," timpal Luna.
"Udah salah, nggak ngaku lagi Lo!" bentak Naya tidak terima setelah membantu Tassa berdiri.
"Nay ...,"
"Nggak bisa, Sa! Orang kayak gini kebiasaan kalo dibiarin, bawaannya melunjak! Setidaknya dia ngaku kalau dia sal---"
"Gue kan udah bilang, bukan gue yang cekik dia!" teriak Luna menatap tajam Naya. Lalu beralih menatap Tassa, "Lo bilang dong kalau bukan gue yang salah! Gue tau lo bukan orang bisu. Cep---"
"Diam!"
Mulut Luna terkatup rapat. Ia menunduk menatap sepatu mereka yang bersentuhan dengan perasaan was-was. Namun, tak ayal Luna merasa senang karena bisa berdua dengan Denta dalam satu ruangan.
"Lo berdua, keluar."
"Tap---"
Rahang Denta mengeras, "Keluar!" potong pada ucapan Tassa yang hendak menyela. Tidak lama setelah itu suara derap langkah dua orang keluar dari kamar mandi terdengar.
![](https://img.wattpad.com/cover/246405601-288-k542273.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DENTARA(SELESAI)
Random"Setiap langkah, setiap detik, percayalah. Satu perlawanan dari seseorang sedikit pun akan aku pastikan hidupnya tidak tenang jika berani melukaimu." -Dentara Aksapranaja "Manusia itu hanya titipan. Mereka bisa saja kembali tanpa kamu ketahui, jadi...