Beberapa bulan yang lalu ...
Matanya tampak terpejam erat dengan keningnya yang basah akibat keringat dingin. Tangan kanan yang terulur ke depan, menjabat tangan keriput pria paruh baya yang terbaring lemah di depan, bergetar pelan. Begitu kentara bahwa dia sangat gugup saat ini.
"Ananda Dentara Aksapranaja, saya nikahan engkau dengan anak saya, Tassa Aideleid Melvaro dengan seperangkat alat sholat dan emas sebesar sepuluh gram, di bayar tunai!"
Mata yang semulanya tertutup kini terbuka ketika mendengar kalimat itu. Dengan satu tarikan napas panjang dalam satu detik, lalu ia berucap, "Saya terima nikahnya Tassa Aideleid Melvaro dengan seperangkat alat sholat dan emas sebesar sepuluh gram di bayar tunai!"
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"Sahhh!"
"Alhamdulillah ...,"
Semua orang menunduk, tersenyum haru karena sang mempelai telah berhasil mengucapkan ijab kabul tanpa ada celah. Bersamaan dengan itu, tangan yang sedikit keriput itu tiba-tiba menyambar tangan Denta untuk di gennggamnya. Wira Adimas Melvaro, ayah dari Tassa Aideleid Melvaro. Tanganya bergetar menatap sendu ke arah Denta dengan sudut mata berair.
Denta yang tidak menduga itu terjadi, refleks mendongak. Aksi pria yang sudah berstatus ayah mertua itu hanya dirinya yang menyadarinya.
Keningnya berkerut menatap mertuanya dengan mata menyempit ketika melihat di tampak kesusahan bernapas. Merasa heran, Denta memilih membuka mulut namun diurungkan ketika pria itu berucap.
"A-ayah ti-titip, A-acha ... A-ayah percaya sa-sa-ma ka-kamu, Nak ...,"
Akibat suara itu, semua orang mendongak. Mata mereka membulat melihat dada pria paruh baya itu naik turun.
Denta terdiam menatapnya. Keningnya sedikit menyerngit ketika melihat mertuanya tersenyum tulus ke arahnya. Lalu ia kembali menunduk ketika genggaman itu terasa semakin erat mengukung tangannya. Denta bisa melihat sorot mata itu yang tampak mempercayakannya. Membuat jantung Denta berdetak cepat karena gugup.
Dan tanpa ia sadari, Denta berucap, "Denta janji. Demi Acha, Denta akan menjaga dia dengan baik walau harus mempertaruhkan darah."
Hening ...
Wira tersenyum lebar seraya menitikan air mata.
Semua tertegun melihat wajah itu. Wajah yang tampak bercahaya bak seseorang yang begitu suci hingga membuat mereka yang melihatnya tidak bisa berkata bahkan lupa untuk berkedip.
TITTTTTTT!
Detik berikutnya hati dan suasana di dalam ruangan bernuansa putih itu terasa begitu menyesakkan ketika suara monitor pendeteksi jantung berteriak cukup keras.
Dia pergi.
TBC
Note: Part ini telah selesai direvisi
KAMU SEDANG MEMBACA
DENTARA(SELESAI)
Diversos"Setiap langkah, setiap detik, percayalah. Satu perlawanan dari seseorang sedikit pun akan aku pastikan hidupnya tidak tenang jika berani melukaimu." -Dentara Aksapranaja "Manusia itu hanya titipan. Mereka bisa saja kembali tanpa kamu ketahui, jadi...