"Aku lebih baik di interogasi atau diberi puluhan bahkan ratusan pertanyaan dari polisi daripada harus mendengar satu pertanyaan yang menyakitkan keluar dari mulutmu."
-Denta Aksapranaja-
---
Srettt
Bartan mendongak. Matanya bergerak mengikuti pergerakan Denta yang baru saja menarik salah satu kursi yang ada di Cafe Gardenia, duduk dihadapannya. Ia melempar mata beralih pada pintu masuk yang baru saja berbunyi karena dilewati oleh orang lain, "Lo sendiri 'Kan?" tanya Bartan membuka suara, memastikan.
Denta mengangguk, "Tumben. Kenapa?"
"Sebentar, gue mau pesan minum dulu ... Mbak!" Bartan melambaikan tangan ke atas, meminta salah satu pelayan menghampirinya.
Menganggukkan kepala, Denta lalu mengeluarkan ponsel dari saku celana. Membuka salah satu room chat yang berada di paling atas--yang sudah ia sematkan. Dijadikan prioritas.
Acha👑
Cha? Lg sbk
15:47Enggak, kenapa?
15:47Lg dmn?
15:47Lagi di taman belakang rumah, kenapa? Oh, iya, Bunda enggak ada di rumah.
14:48Gk pp.
Bunda ktny hr in gk plng ke rmh, byk psnan
Nanti gue plng cpt, jngn kmn"
15:48Kenapa?
15:48Lo siap", stngah 5 gue jmpt
15:48Jemput? Kemana? Jalan?
15:48Jngn bnyk tnya, siap" aj, gue jmpt
15:49Iya
14:49_____________
Denta tersenyum kecil. Malam ini, ia berniat mengajak Tassa pergi. Selama mereka menikah, ini kali pertama ia mengajak gadis itu keluar rumah berdua.
Tidak lama orang yang Bartan panggil datang menghampiri meja mereka berdua. Bartan mendongak melihatnya. Sedangkan Denta, ia masih berkirim pesan dengan sang istri. Siapa lagi kalau bukan Tassa--Acha-nya Denta.
"Iya, mau pe-" Ketika melihat wajah Bartan sepenuhnya, pelayan itu tertegun, "Ganteng," bisiknya pelan dengan mata berbinar seperti baru saja mendapatkan peti emas.
"Mbak?" Merasa heran, Bartan melambaikan tangan di depan wajah gadis itu.
Ia tersentak kaget, "E-eh, iya? Ma-maaf ... Mas mau pesan a-apa?" tanya gadis itu setengah gugup.
"Saya mau pesan Caramel Mochahitto, satu."
"Kalau, Mas nya?" tanya pelayan itu setelah menuliskan pesanan Bartan sembari menatap Denta yang sedang menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENTARA(SELESAI)
Random"Setiap langkah, setiap detik, percayalah. Satu perlawanan dari seseorang sedikit pun akan aku pastikan hidupnya tidak tenang jika berani melukaimu." -Dentara Aksapranaja "Manusia itu hanya titipan. Mereka bisa saja kembali tanpa kamu ketahui, jadi...