2.7 | PERASAAN

5.4K 268 32
                                        

Hai ....


Ayo yang belum vote, vote sekarang. Jangan sembunyi mulu, hehehe. Nanti ga muncul-muncul, lohhhh

Happy reading!
_________________________________________________

"Akankah aku bisa melihat senyum itu lagi suatu hari nanti?"

- Denta Aksapranaja -

"Tidak tahu apa-apa membuatku seperti manusia egois yang hanya memikirkan kebahagiaan sendiri ...."

- Tassa Aideleid Melvaro -

"Denta, rasanya aku udah lama banget enggak ngerasain suasana ini."

Sekarang, pada jam empat sore, Tassa dan Denta tengah duduk di taman rumah sakit yang tidak terlalu ramai dan tidak juga terlalu sepi. Beberapa orang berpakaian seperti Tassa juga ikut menikmati suasana sore.

Denta sempat menolak karena keadaan Tassa belum benar-benar pulih. Tapi gadis itu terus memaksanya, beralasan bosan karena terus berada dikamar selama dua hari. Total yang sebenarnya, Tassa di rumah sakit sudah empat hari.

"Ohya?" sahut Denta ceria. Namun wajahnya tidak seceria suaranya, wajahnya tetap menampilkan raut sedih. Ia berani melakukan itu karena mata Tassa masih tertutup rapat.

Tassa menganggukkan kepala. Bibirnya tersenyum lebar.

Denta menatap lekat wajah Tassa Dengan sorot sendu. Gadis itu tersenyum lebar, dan entah mengapa senyum itu membuat Denta merasa bersalah karena telah menyembunyikan kebenaran. Bagaimana jika Tassa tahu apa yang terjadi padanya? Akankah ia masih bisa tersenyum lebar? Apakah Tassa akan tetap bersamanya setelah mengetahui bahwa Denta menyembunyikan rahasia besar.

Menyadari kenyataan kehidupan Tassa seperti ini membuat Denta merasa semuanya tidak adil. Kehilangan kedua orangtua, hidup sebatang kara, keluarga yang jauh, di bully, dan sekarang, Tuhan kembali mengujinya dengan penyakit yang bisa kapan saja merenggut nyawanya. Seberat inikah?

Selepas keluar dari ruangan dokter Dafa kemarin, Denta langsung ke ruang rawat Tassa. Kembali memeluk gadis itu dengan erat tanpa mengatakan sepatah kata sedikit pun yang mampu mengundang rasa heran untuk Tassa dan teman-temannya.

"Denta?"

Suara lembut seorang gadis membuat Denta tersadar. Terlihat Tassa tengah melambaikan tangan kanannya di depan wajah Denta.

"Hah? Ke-kenapa?" tanya Denta bingung.

"Kamu kenapa? Aku dari tadi nanya, tapi kamu diam."

Denta menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

"Kamu melamun?" tanya Tassa ragu.

Denta tersentak, "Hah, enggak kok. Gue baik-baik aja. Gue ... gue cuma lihat daun jatuh ...," Denta menunjuk ke arah kepala Tassa, tepatnya rambut, "-tuh di kepala lo! Gue ambil, ya?"

Tanpa menunggu persetujuan Tassa, Denta berdiri di depan Tassa. Membuat wajah Tassa begitu dekat dengan dada bidangnya. Denta menunduk mengambil daun itu, lalu menunjukkannya, "Ini."

DENTARA(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang