0.5 | CEWEK CANTIK

10.6K 390 11
                                    

HARGAI DENGAN MEMBERI VOTE!

HAPPY READING!

_______

Ada satu hal sifat Denta yang di hapal oleh teman-teman, pemuda itu tidak suka menurut dengan pak Didi. Apapun itu perintah pak Didi semanjak pertama masuk sekolah menengah, Denta menolak mentah-mentah. Dan sekarang yang membuat teman-temannya tercengang adalah Denta yang sedang mengumpulkan daun-daun yang jatuh di taman.

"Itu ketua lo kenapa sih?" tanya Tandu pada Bartan. Mereka berdua sedang berdiri di depan kelas menyaksikan Denta. "Tiga hari enggak masuk nggak ada keterangan, sekali masuk jadi aneh."

"Kesambet kali," balas Bartan mengedikan kedua bahu acuh.

"Bener sih kayaknya," ucap Tandu membenarkan. "Samperin yuk!" ajak Tandu yang di balas anggukan oleh Bartan.

"Waduh-waduh ... Denta lo lagi main ya?"

Denta diam, tetap fokus memetik daun kering.

"Lo main kok nggak ngajak-ngajak sih? Kita kan mau ikut."

"Main mata lo suek!" kesal Denta. "Ngapain sih disini? Masuk kelas sana! atau lo berdua mau bantu gue?" Senyum miring tercipta di bibir Denta.

"Ah, kita kesini cuma mau liat lo kok, enggak mau direpotin." Tandu cengengesan. "Ayo Tan, kita ke kelas!" ajak Tandu pada Bartan.

"Waktu di ajak susah aja lo pergi. Bantuin! atau gue pecat lo jadi wakil?" ancam Denta. Denta sebenarnya tidak mau merepotkan. Dan jujur, Denta sangat lelah. Sangat disayangkan bukan jika dua curut di depannya tidak dimanfaatkan.

"Kampret! Malah ngancam. Yaudah sini trashbagnya. Gue buktiin, gue nggak akan pergi kalo lo susah!" ucap Tandu merebut trasbag dari Denta dan mulai memetik daun.

"Gitu dong," balas Denta senang.

"Ayo Bartan, bantuin gue!"

"Lo sendiri aja dulu, gue mau ngobrol sama Bartan. Lagian kan yang mau buktiin lo, bukan Bartan. Gue yakin sih, Bartan enggak akan tinggalin gue," ucap Denta menahan tawa yang di balas tatapan sinis oleh Tandu.

"Sialan lo Denta," makinya.

Bartan dan Denta melempar pandangan satu sama lain seraya menahan tawa melihat Tandu yang tampak kesal memetik daun. Bibir pemuda itu tanpa henti menggerutu.

"Biarin aja," ucap Denta. Ia duduk di atas rumput dan bersandar pada pohon rindang disana. "Pak Didi kasih hukuman emang enggak kira-kira. Emang punya dendam dia sama gue."

"Yaiyalah dendam, orang kita nyusahin dia terus."

"Gue disuruh tiga hari bersihin sekolah, semuanya. Gila kan. Emang gue OB---"

"Ngobrol aja lo berdua! Bantuin dikit kek gue. Lagian kenapa sih Denta, lo nurut? Biasa juga kabur lo."

Denta berdecak. Sebelum Tandu benar-benar kesal ia beranjak mengajak Bartan untuk membantu.

...

"Lo beberapa hari ini kemana sih Ta? Tiba-tiba hilang terus enggak ada kabar lagi." Rogas mengambil kembali gorengan di atas meja lalu mencocolnya dengan sambal pedas. Ia kembali memasukan gorengan itu ke dalam mulutnya masih ada tersisa makanan.

Bukannya menjawab pertanyaan Rogas, Denta terpaku menatapnya. Begitu pun Lanjar dan Tandu. Sedangkan Bartan sibuk memainkan ponselnya.

"Lo makan pelan-pelan bisa nggak? Liat! Gorengan yang awalnya dua puluh sekarang sisa lima, dan lo sendiri yang makan. Lo kayak enggak pernah makan seumur hidup tau nggak!" Lanjar berucap kesal.

DENTARA(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang