HARGAI DENGAN MEMBERI VOTE
HAPPY READING
Bel istirahat kedua telah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Beberapa siswa beranjak dari kursi keluar kafetaria menuju kelas karena merasa sudah kenyang. Sama halnya dengan Denta dan empat sahabatnya yang berniat pergi dari tempat itu.
"Tassa tumben absen, ya. Biasanya kalau dia absen dulu, dia pasti bikin surat, tapi sekarang kali pertama selama sekolah dia alfa."
Denta menoleh ke sumber suara yang melewatinya ketika tanpa sengaja mendengar suara gadis meyebut nama Tassa yang Denta yakini adalah sahabat istrinya. Dan sepertinya ketiga orang itu tidak menyadari kehadiran Denta.
"Mungkin Tassa kelupaan," balas Adel.
"Tassa bukan tipe orang pelupa." Naya menimpali.
Alis Denta berkerut mendengar itu. Seingat Denta, bunda Dinar bilang kalau Tassa pergi pagi-pagi ke sekolah. Bahkan sakin paginya, Denta tidak menemukan gadis itu di tempat tidur. Tapi, mendengar fakta barusan Denta menjadi tidak yakin. Lalu Denta menggeleng pelan menyangkal pikiran kotor yang tiba-tiba muncul di kepalanya. Tidak mau berpikir negatif tentang istrinya Denta memilih mengajak teman-temannya ke kelas. Ia bisa tanyakan itu nanti pada Tassa sepulang sekolah.
Denta memang penasaran dan berniat bertanya pada ketiga teman Tassa tadi, tapi ia mengurungkan niatnya setelah sadar akan sesuatu. Menanyakan tentang Tassa sama saja membuat orang sekitar curiga dan berpikir yang tidak-tidak. Bersabar adalah pilihan Denta. Bagaimana pun juga ia harus waspada, sewaktu-waktu kejadian tidak menyenangkan seperti beberapa hari lalu akan kembali terjadi karena melihat kedekatan Tassa dan Denta.
"Lo kenapa, Ta?"
Bartan yang sendari tadi menatap Denta yang termenung dalam diam kini membuka suara. Kepalanya menoleh pada tiga siswi yang baru saja keluar dengan satu alis terangkat lalu menatap kembali pada Denta yang masih termenung.
"Denta?" Bartan memegang bahu Denta membuat sang empunya menoleh kaget pada Bartan. "Lo kenapa?" tanya Bartan lagi.
Denta menggeleng. "Yang lain kemana?" tanya Denta ketika tidak mendapati ketiga sahabatnya.
"Duluan," jawab Bartan. "Lo sih pakai acara melamun, ya di tinggal kan," tuduh Bartan terkekeh pelan sembari beranjak dari kursi. Ia berjalan keluar di ikuti oleh Denta di samping.
"Terus lo kenapa masih disitu tadi?" tanya Denta ketika mereka sudah keluar dari kafetaria dengan membelokkan kaki ke kanan menuju kelas. Sedangkan Kafetaria berada di ujung paling kiri.
"Ta." Bartan berhenti menatap Denta lekat dengan tangan kanannya menahan sebelah bahu Denta.
Satu alis Denta terangkat.
"Lo punya rahasia sendiri kan?"
Denta terdiam beberapa saat. Tumben sekali Bartan bertanya seperti ini, biasanya pria itu tampak tidak perduli, pikir Denta. Merasa heran saja dengan Bartan yang bertanya tiba-tiba.
"Tumben nanya gitu," ucap Denta alih-alih menjawab.
Malas saja menanggapi pertanyaan seperti itu sedangkan Denta tidak ingin membahasnya, pasalnya ia memang menyembunyikan sesuatu yang besar dari teman-temannya. Apalagi kalau bukan hubungannya dan Tassa. Denta bukannya tidak percaya pada sahabatnya, tapi ia masih ragu untuk jujur. Karena jika sedikit saja ada telinga yang mendengar maka musuhnya akan tahu dan bisa ditebak Tassa-lah yang akan menjadi target mereka untuk menjatuhkan Denta.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENTARA(SELESAI)
De Todo"Setiap langkah, setiap detik, percayalah. Satu perlawanan dari seseorang sedikit pun akan aku pastikan hidupnya tidak tenang jika berani melukaimu." -Dentara Aksapranaja "Manusia itu hanya titipan. Mereka bisa saja kembali tanpa kamu ketahui, jadi...