Haiii😘
Jangan lupa vote sebelum membaca dan komen ya✊ kalo perlu disetiap pautnya, oke?
Supaya author makin semangat buat nulis😘
⚠T y P o B e R t E b A rA n⚠
H a P p Y r E a D i N g
•
•
•"Bahagia itu sementara, tidak semua waktu tentang bahagia. Siklus kehidupan bukan menetap disatu titik saja, tapi bergerak maju seperti gravitasi bumi."
"Sakit?" Denta menunduk menatap luka lebam yang mulai tersamarkan di wajah Tassa.
Kepala Tassa menggeleng pelan. Ia memejamkan mata, menikmati jemari Denta yang menyapa lembut kulit wajahnya.
Sekarang keduanya tengah berada di kamar. Denta yang duduk bibir kasur dengan kedua kaki yang menjuntai ke bawah dan Tassa yang berbaring di depannya dengan paha Denta yang dijadikan bantal. Tidak jauh dari keduanya terdapat botol infus yang terisi penuh menggantung di sebuah benda panjang menjulang tinggi sekitar satu meter yang terbuat dari alumunium.
Denta melirik jam weker yang ada di nakas. Helaan napas keluar dari bibirnya ketika melihat jarum pendek itu mengarah pada pertengahan antara angka sepuluh dan sebelas. Ia menunduk, kembali menatap Tassa yang sibuk memainkan tangan kirinya.
"Cha?"
Hening.
"Acha?"
"Hmm?" Tassa hanya bergumam menanggapi ucapan Denta. Gadis itu tampak sebuk memainkan jari Denta, mulai menyusun dari jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking, hingga berbentuk seperti capit kepeting. Lalu ia terkekeh pelan melihat itu.
Denta hanya menggelengkan kepala, melihat itu. Ia akan membiarkan Tassa berbuat sesuka gadis itu pada jarinya, kecuali mematahkannya.
"Acha ...,"
"Hmm?"
Tassa kembali bergumam.
"Cha?"
"Apa, Denta?" tanya Tassa tanpa menatap Denta.
Denta menghela napas, merasa terabaikan. Beberapa detik ia terdiam hingga ...
"Sayang,"
Berhasil. Gadis itu menurunkan tangan Denta dengan perlahan. Kepalanya mendongak kaku melihat Denta, "Ka-kamu ma-manggil siapa tadi?"
Denta memutar bola mata, melihat ke atas, tampak berpikir. "Istri Denta," jawabnya, menunduk menatap Tassa dengan senyum manis.
Kedua pipi Tassa bersemu merah. Ia membuang wajah, menghindari tatapan Denta. Perlahan sudut bibirnya tertarik ke atas, tak urung gadis itu terlihat senang mendengar pengakuan Denta.
Pemuda itu terkekeh pelan. Ia mengusap surai Tassa dengan lembut, menyibak anak rambut yang menutupi wajah cantik itu. "Kalau kamu udah sembuh, kita kepemakaman bunda sama ayah, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DENTARA(SELESAI)
Random"Setiap langkah, setiap detik, percayalah. Satu perlawanan dari seseorang sedikit pun akan aku pastikan hidupnya tidak tenang jika berani melukaimu." -Dentara Aksapranaja "Manusia itu hanya titipan. Mereka bisa saja kembali tanpa kamu ketahui, jadi...