3.3 | SEMPURNA

3.4K 225 57
                                    

Hai ...

Maaf baru UP, hehehe✌ peace

Aku udah pernah bilang kalau aku enggak bisa Up cepat kalau udah dekat ujian kayak gini maklumin ya😁😥

Maklumin juga kalau terdapat banyak typo, soalnya penulis pemula tidak luput dari typo wkwkwk

Jangan lupa vote, komentar, dan share ke sesama teman literasi kalian.

Kita absen nama dan asal kota, yuk? Aku mau tau nama kalian sama dari mana aja😍

Happy Reading!
_________________________________________________

Perlahan kelopak mata itu terangkat ke atas. Membuat bulu matanya yang lentik ikut terangkat perlahan seperti ada adegan slow mation. Sedetik kemudian manik kecoklatan itu terlihat sempurna dan sedikit berbinar. Namun, tiga detik kemudian Tassa kembali menutup mata ketika melihat seisi rumah seakan berputar dan membuatnya pusing. Sekelebat ingatan mulai tergambar di kepalanya. Langkah kaki, pukulan yang cukup keras hingga berhasil membuatnya pingsan, beserta bayang-bayang seseorang kembali tergambar di kepalanya.

Keningnya mengkerut sesaat. Sedetik kemudian matanya terbuka lebar.

"Eh, Tassa bangun!"

Tassa menerjab. Ketika membuka mata, pertama yang ia lihat adalah berbagai macam wajah dengan mata melebar menatap ke arahnya. "Ka-kalian ke-kenapa disini?" tanya Tassa dengan raut tegang. Jujur, sekarang wajah-wajah itu terlihat menakutkan dimatanya karena wajah mereka berada tepat di depan matanya.

"Denta!" Tassa membeo ketika melihat wajah Denta ada di antara wajah-wajah itu. Sejenak ia terdiam menatap Denta dengan kedua mata berkaca-kaca. Lalu, tanpa aba-aba ia langsung menegakkan tubuh dan memeluk Denta cukup erat.

Karena kelakuan Tassa yang tiba-tiba memeluknya, Denta refleks berjongkok. Ia tidak melakukan pergerakan apapun karena terkejut.

"Hiks ... hiks! Ka-kamu kemana aja ... A-aku ta-takut ... hiks!" Kedua bahu Tassa bergetar hebat. Ia menangis sesengukkan.

Denta terdiam menatap wajah empat temannya secara bergantian. Keempat orang itu mengedikkan bahu, kecuali Bartan. Pemuda itu hanya menggelengkan kepala. Denta memutuskan pandangan dari ke empat temannya. Lalu beralih pada Tassa "Cha lo kenapa?!" tanya Denta khawatir sembari membalas pelukan Tassa. Mendengar suara tangis Tassa membuatnya merasa ikut sesak. "Cha ... lo kenapa? Kenapa nangis? Jangan bikin gue khawatir ...," ucap Denta lirih.

"Hiks ... hiks ...!" Hanya suara isakan milik Tassa yang terdengar.

"Cha ... Kenapa?" tanya Denta dengan suara serak di depan telinga Tassa.

Tandu, Lanjar, dan Rogas menerjab melihat sikap Denta. Jarang-jarang melihat pemuda itu bersikap lembut bagaikan sutra seperti saat ini.

"Denta kalau sama Tassa udah kayak bulu kucing aja, ya?" Lanjar bercelutuk pelan.

"Kok, bulu kucing?" Kening Tandu berkerut.

DENTARA(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang