HARGAI DENGAN MEMBERI VOTE WALAU SUDAH DIREVISI!!
HAPPY READING!
______
"Jika Tuhan memberiku satu permintaan, aku akan meminta untuk tetap hidup untukmu ...."
-Tassa Aideleid Melvaro-
______Kadang hidup itu cukup mengejutkan bagi sebagian manusia, apalagi jika selalu dipenuhi dengan kejutan. Tapi, bagaimana jika yang dimaksud dengan kejutan ini adalah hal yang tidak pernah terpikir dan terasa begitu menyesakkan. Hingga rasanya menarik dan membuang napas pun susah karena sebuah kenyataan pahit. Kerongkongan bahkan terasa ikut kering, darah berdesir hebat di dalam sana, serta jantung berdetak cepat yang rasanya akan meledak detik itu juga. Tidak kurang-kurang kaki dan anggota tubuh lainnya terasa lemas dengan wajah memucat.
"Eng-enggak mungkin," gumam Tassa dengan tatapan kosong. Ia menggeleng cepat menatap Dinar lekat dengan air mata yang tanpa henti mengalir. "Bu-bunda bilang ini semua enggak benar!" lirih Tassa seraya menggerakan kedua bahu Dinar.
Dinar yang belum melihat hasilnya tentu merasa heran sekaligus panik melihat Tassa yang tiba-tiba menangis dengan wajah sangat pucat. Dinar bingung harus melakukan apa melihat Tassa tiba-tiba seperti itu lantas langsung mendekap Tassa erat, yang langsung di balas oleh sang empunya. Dinar bisa mendengar tangis Tassa yang terasa semakin histeris bahkan ia rasa bajunya sudah basah karena air mata gadis itu. Dinar mengusap kepala serta punggung Tassa dengan lembur berharap gadis itu kembali tenang.
"Sa, tenang ... Ada Bunda," ujar Dinar lembut. Di dalam kalimat itu tersirat nada khawatir yang kentara. "Bunda enggak tau kenapa kamu tiba-tiba begini, Bunda jadi takut. Apa ada yang salah? Kalau ada cerita sama Bunda," timpal Dinar mengusap lembut punggung Tassa yang bergetar.
Tassa mencengkram baju Dinar. Rahangnya mengeras menahan semua emosi yang ada di dalamnya, namun anehnya air mata itu terus mengalir. Mendapat perhatian dari Dinar membuat Tassa kembali merasakan kehadiran sosok sang ibunda---Diana. Mereka begitu mirip hingga membuat dada Tassa semakin sesak menerima perlakuan yang sama. Disaat-saat ia sedih seperti ini, maka Diana-lah yang akan datang memberikan pelukan hangat untuk menenangkannya.
Tassa sangat terkejut mengetahui hasil tes darah itu. Karena sebelumnya, Tassa ingat betul tidak ada tanda-tanda dirinya mempunyai penyakit separah itu. Yang Tassa Ingat, ia hanya pernah pingsan dan mimisan tiga tahun setengah yang lalu. Itupun hanya sekali.
"Tassa ...," Dinar melepaskan pelukan mereka. Ia tersenyum hangat seraya mengusap kedua pipi Tassa yang masih sesengukkan. Mata merah gadis itu menatapnya sedih, membuat Dinar merasa sesak walau belum tahu penyebab Tassa menangis. "Ada apa sayang? Kamu sakit? Muka kamu kelihatan pucat."
Tassa menggeleng lemah menatap lekat Dinar. Lagi-lagi melihat paruh baya itu kembali mengingatkannya pada sang ibunda. Apakah Diana tahu jika ia menderita leukemia? Pasti Bundanya itu akan sangat sedih jika tahu Tassa sakit. Tassa menunduk menatap surat dari rumah sakit itu. Ia termenung menatap sedih benda itu.
Tidak kunjung mendapat jawaban dari Tassa lantas Dinar mengikuti arah pandang Tassa. Ah, Dinar sempat lupa dengan hasil tes darah Tassa. Tapi, jika dingat-ingat Tassa tiba-tiba menangis setelah melihat kertas itu. Buru-buru Dinar menunduk mengambil kertas itu. Matanya langsung tertuju pada hasil tes darah Tassa. Tubuh Dinar seketika menantang. Tanpa sadar ia melempar kertas itu, tampak syok. Ia menoleh menatap Tassa yang juga menatapnya beberapa detik. Detik berikutnya ia langsung memeluk Tassa dengan erat.
"Se-semua akan baik-baik aja. Iya ... Kamu jangan pernah takut," ucap Dinar dengan suara bergetar. Ia mengigit bibir bawahnya dengan mata memanas.
...
![](https://img.wattpad.com/cover/246405601-288-k542273.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DENTARA(SELESAI)
Random"Setiap langkah, setiap detik, percayalah. Satu perlawanan dari seseorang sedikit pun akan aku pastikan hidupnya tidak tenang jika berani melukaimu." -Dentara Aksapranaja "Manusia itu hanya titipan. Mereka bisa saja kembali tanpa kamu ketahui, jadi...