3.6 | RENCANA

2.8K 204 62
                                    

Lohallo ...👋

Akhirnya UP juga. Ga kerasa udah sampai 100 vote aja😂😚 Makasih loh karena udah kasih bintang dan berjuang supaya aku cepat UP❤

Jangan lupa share, vote, dan komentar sebanyak-banyaknya😍

Happy Reading
_________________________________________________

Apa yang Denta bilang ingin mengajaknya berjalan-jalan berbanding terbalik dengan yang terjadi. Denta mengajaknya ke sebuah pesta yang entah Tassa tidak tahu pesta apa. Ia sempat merasa heran saat Denta menyuruhnya berganti baju. Setelah Denta memberitahukan bahwa acara berjalan-jalan mereka dan harus pergi ke acara formal keluarga mereka, Tassa menurut saja.

Suara musik dan lagu klasik Italia yang dinyanyikan seseorang yang berada di atas panggung yang bisa disebut soprano dengan sebuah ruangan yang sudah didekorasi sedemikian rupa dengan gaya klasik Italia, menyambut kehadiran pasutri yang baru saja menapakkan kaki pada ubin yang ada di lantai seratus dua puluh. Ya, acara itu berada di puncak gedung. Bukan di rooftop melainkan lantai terakhir dengan adanya menara berupa permata di atasnya.

Dari atas sana, kita bisa melihat begitu jelas indahnya kota Jakarta saat malam hari. Melihat gedung-gedung pencakar langit, dan juga kepadatan kota Jakarta dari kaca di balik tirai berwarna merah maroon yang sedikit menghalangi jendela berukuran panjang dan besar. Lampu kendaraan yang ada di bawah sana menjadi pelengkap. Yang lebih istimewanya, langit malam ini terlihat indah karena ada banyak lentera yang melayang di udara. Terbang mengikuti arah angin membawanya.

Langkah Tassa terhenti. Matanya berbinar menatap sekitar. Sudut bibirnya tertarik ke atas. Gadis itu terpukau melihat ruangan yang ada dihadapannya. Berekspresi seperti ini bukan berarti Tassa itu ndeso, tidak sama sekali. Hanya saja, ini terlihat begitu berbeda dari acara formal yang pernah ia datangi dulu bersama ayahnya. Melihat dekorasi ini membuat Tassa merasakan sebuah pesta kerajaan yang ada di dunia fantasi.

"Ini pesta siapa?" Bibir Tassa bergerak, berucap. Ia hanya mengiyakan ketika Denta membatalkan acara jalan-jalan mereka dan mengajaknya ke sebuah pesta perayaan tanpa memberitahu Tassa pesta siapa yang akan mereka datangi.

Sadar tidak ada jawaban. Ia menoleh menatap Denta yang entah kapan sudah menatap lekat kearahnya, "Kenapa?"

Yang dibalas dengan desakan kecil oleh Denta, "Ck, gue enggak suka gaun lo. Terbuka."

Tassa menunduk menatap baju yang ia pakai. Baju itu memang sedikit terbuka, tapi baju yang ia pakai masih terlihat sopan. "Terbuka ya?" tanyanya bingung. Entahlah, ia merasa nyaman memakai gaun itu.

"Iya, terbuka. Kenapa pilih baju itu, sih?" Denta menggerakan dagu ke arah dada Tassa.

Refleks Tassa melepaskan gandengan dan menyilangkan tangan di depan dada. Menyampingkan tubuh, menyembunyikan apa yang Denta tunjuk, "Jangan begitu liatnya, aku risih," cicitnya pelan.

Denta mendengus, "Mangkanya jangan pakai."

Tassa menatap Denta. Kenapa baru sekarang Denta mempertanyakan bajunya? Kenapa tidak saat di butik tadi? Pikir Tassa heran. Lalu ia memutar kepala menatap sekitar. Banyak orang-orang menatapnya, apalagi dari kaum adam.

"Ehmm!" Tassa berdehem pelan. Ia mengulum tawa menatap Denta, "Kamu ... Kamu cem-"

"Enggak!" tukas Denta. Ia menatap sekitar, menghindari kontak mata dengan Tassa, "siapa yang cemburu?!" tanyanya tidak santai.

DENTARA(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang