2.9 | PROMISE

3.5K 233 9
                                    

Bantu vote dan komentar
Jangan lupa Share

HAPPY READING!
_________________________________________________

"Kadang Tuhan lupa jika aku hanya manusia biasa. Dia begitu mudahnya memberikan ujian yang berat, yang aku sendiri 'pun ragu bisa melewatinya ...,"

- Tassa Aideleid Melvaro -

---

"Kejam bukan berarti aku benar-benar kuat dan tidak bersedih ...."

- Denta Aksapranaja -

CEKLEK

Suara pintu terbuka membuat Denta yang tengah melamun, menolehkan kepala. Terlihat seorang gadis berjalan ke arahnya dengan senyum hangat menghiasi bibir itu.

"Ada apa?" tanya Tassa dengan nada ramah. Ia berdiri di depan Denta.

"Duduk."

Tassa menatap Denta dengan heran, "Disini?"

Denta menatap Tassa. Lalu ia menggerakkan kepala ke samping sembari menepuk sofa disampingnya. Menyuruh Tassa untuk duduk.

Dengan ragu Tassa bergerak dan duduk di samping Denta. Napas Tassa tertahan merasakan pahanya yang tertutup oleh kain kini berdempetan dengan pada Denta. Gadis itu duduk di tempat yang salah hingga membuatnya begitu dekat dengan Denta. Padahal sofa itu bisa di bilang lumayan panjang, bahkan muat untuk tiga orang. Namun, karena Denta yang duduk di tengah-tengah membuat tempat Tassa begitu simpit.

"Kenapa?" tanya Denta ketika melihat raut tegang Tassa.

"Kamu ... bisa geser?" tanya Tassa pelan. "Tempatku sesak," terangnya sembari membenarkan posisi duduknya.

"Enggak bisa," jawab Denta singkat. Ia menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, menutup kedua matanya. Mengabaikan Tassa yang begitu risih di sampingnya.

Tassa menoleh menatap Denta. Ia tertegun melihat Denta yang menutup mata. Tassa baru menyadari, jika ketampanan Denta bertambah empat kali lipat saat pemuda itu menutup mata. Tassa menetap lekat wajah Denta. Meneliti setiap inci pagatan Tuhan itu dengan sabar. Rahang yang kokoh, hidung yang mancung, bulu mata yang lentik, alis yang lumayan tebal, dan jangan lupakan rambut yang ditatap sedemikian rupa hingga membuat ketampanan bertambah berkali lipat.

Karena terbawa suasana, kedua tangan Tassa terangkat ingin meraba wajah itu. Namun, tangannya berhenti di udara ketika sebuah tangan memegang kedua pergelangan tangannya. Tassa tersentak kaget. Refleks Tassa menarik tangannya untuk melepaskan diri. Tapi tidak berhasil, Denta menahannya.

Ia meneguk ludah melihat Denta yang menatap tajam ke arahnya.

"Gue enggak suka ada yang nyentuh muka gue tanpa ijin, kecuali ...," Denta menggantung ucapannya. Satu sudut bibirnya tertarik melihat Tassa yang terlihat gugup. "-kecuali, lo."

Tassa mendongak dengan kening berkerut, "A-aku?"

"Bukan."

Kening gadis itu semakin mengkerut.

"Tassa Aideleid Melvaro." Setelah merapalkan nama itu, Denta menarik tangan kedua tangan Tassa-menempelkan tangan itu di kedua pipinya.

DENTARA(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang