4.2 | HAMPIR PUTUS ASA

2.4K 163 65
                                    

Masih gue liatin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih gue liatin
.
.
.
HAPPY READING


Happy reading!

"Hidup bukan hanya tentang cara bernapas bahagia, tapi juga tentang sebuah derita yang tak berujung. Ada bahagia, ada derita, begitu hingga tidak bernyawa."
.
.
.

Sore itu, Pemakaman Baron

"Jangan halangi gue, Tar."

Altar yang baru saja datang menghentikan langkahnya di belakang Mario yang membelakangi, menghadap gadukan tanah liat yang masih basah yang di atasnya terdapat banyak kelopak bunga. Satu alis Altar terangkat. Seingatnya ia tidak bersuara sendari tadi, namun Mario bisa menebak dengan benar begitu pun dengan niatnya untuk berbicara pada Mario.

"Jangan, Mar. Masalah kita enggak akan selesai kalo gini caranya."

"Lo enggak ngerti, Tar." Mario berbalik menatap Altar dengan lekat. Angin sore berhembus pelan menyapu lembut wajahnya, membuat beberapa helai rambut bergerak pelan. "Lo enggak ngerti gimana mengenaskannya Baron. Badan dia hancur, mukanya babak belur, jarinya di potong, lebih parah lagi ada luka bakar di kakinya. Kasian dia, Tar," ucap Mario dengan tatapan yang perlahan berubah kosong.

"Gue ngerti dan liat tubuh mengenaskan Baron. Tapi, kita juga enggak bisa asal tuduh, ada banyak orang di dunia ini dengan pikiran yang tertutup." Altar menatap lekat Mario dari kejauhan. Ia tidak berniat untuk berjalan mendekat. "Kita enggak tau, Mar."

"Bukan tentang asal tuduh atau bukan, tapi ini kenyataan." Mario melempar kasar sebuah benda berkilau, kalung perak yang berbandul burung PHOENIX dari genggamannya hingga terkena ujung sepatu Altar.

Altar berjongkok mengambil kalung itu. Ia membolak-balikkan kalung yang terlihat familiar itu. "Kalung PHOENIX," gumamnya pelan. Tanpa sengaja matanya menangkap warna merah pada ujung kalung itu. Darah kering.

"Kalung itu punya Tandu."

Altar mendongak dan perlahan berdiri, "Lo yakin?" tanya Altar dengan ragu.

Di antara anggota LEONOR, Altar adalah yang paling penyabar walaupun dia seorang playboy.

Lagi, Altar selalu saja meragukan ucapannya. Membuat Mario harus bersabar dan menghela napas agar tidak terpancing emosi karena sikap Altar, "Terserah lo mau percaya apa enggak, itu hak lo. Tapi lo jangan coba-coba menghalangi gue buat balas dendam sama mereka atau lo akan tau akibatnya. Gue pulang." Setelah mengucapkan itu Mario melangkah pergi dan melewati Altar yang terdiam di tempat begitu saja.

DENTARA(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang