3.1 | DI BALIK PESAN BARTAN

2.9K 200 22
                                    

Hai ....

Ketemu lagi ....

Bantu vote dan komentar ya, jangan lupa Share kalau suka😚

HAPPY READING
_________________________________________________

"Siapa pun dia, gue akan pastikan orang itu menyesal!"

"Bangsat, Rogas! Gue kalah taiii!"

"Lah, setan! Nggak perlu hujat gue kali kalau kalah! Selow ... Terima nasib anda dengan lapang dada, seperti dia yang memberikan raga dengan sepenuh jiwa!"

"EAAA!!" Semua orang berseru menanggapi ucapan Rogas. Mereka tertawa.

"Rogas, kampret!" Lagi-lagi Tandu mengumpat. Lalu ia melempar kartu dengan gambar sekop berwarna hitam--spade di atas meja dengan kesal. Ia beranjak, lalu mengambil jaket yang tersampir pada sandaran kursi. "Gue mau pulang aja, disini enggak asik!"

"Elah, Tai! Kalau udah main kartu remi, kalah, ngambek! Kebiasaan lo kek cewek pms!" ejek Lanjar sembari tertawa ngakak.

"Udah, biarin aja si Tandu pulang," ucap Bartan menengahi. "Ayok main lagi, yang kalah nanti gue kasih hadiah!"

"Wah, beneran?! Nggak jadi pulang deh, gue." Tandu kembali duduk ke kursinya. Mereka yang melihat itu mendengus.

"Kek anjing, lu! Pantat sendiri di jilat!"

Mereka semua tertawa mendengar ucapan Lanjar. Kadang mulut pemuda itu bisa seperti motor yang remnya blong.

Namun, di balik semua itu ada seseorang yang berdiri di ambang pintu dengan rahang mengeras. Melihat mereka tertawa tanpa beban membuat Denta merasa dipermainkan.

BRAKKK!

Spontan Denta menampar pintu dengan sorot mata tajam menatap ke depan. Mereka semua menoleh dengan raut terkejut. Seketika hening mengisi markas PHOENIX itu.

"Denta, lo kena-"

"Bagus. Suka gue cara kalian," potong Denta dengan keras.

Prok ... prok ... prok ...

Denta melangkah masuk sembari bertepuk tangan. Ia tersenyum miring menatap satu persatu wajah anggotanya.

"Eh, Denta, mau ikut main?!" tawar Lanjar tidak tahu situasi. Lalu Lanjar mengangkat beberapa kartu, menunjukkannya untuk Denta.

Denta hanya diam, menatap tajam Lanjar.

Lanjar meneguk ludah melihat tatapan itu. Kali ini tatapan Denta terlihat mengerikan. Rogas yang ada di sebelah Lanjar menyingkut pelan lengan pemuda itu.

"Lo buat salah?" bisiknya penasaran karena menyadari tatapan tajam Denta yang mengarah pada Lanjar.

Di bawah sana, Lanjar menginjak kaki Rogas. "Lah, bego! Coba lo lihat, bukan cuma gue, lo juga!" balas Lanjar.

Rogas mendongak.

Dan benar. Saat ini, Denta juga menatap ke arahnya dengan tajam. Ia meneguk ludah dengan kasar. "Kok gue jadi gugup, ya?" gumamnya pelan.

"Ta, lo kenapa?" Bartan angkat bicara. Ia tampak menyadari situasi yang berbeda setelah kedatangan Denta.

Tanpa mengatakan sepatah kata, Denta mengeluarkan handphone-nya pada saku celana. Sedikit mengotak-ngatik. Lalu Denta melempar dengan kasar benda pipih itu ke atas meja.

BRAK!

Mereka tersentak kaget melihat benda itu langsung di lempar ke ars meja tanpa pikir panjang. Beruntung mahal, jika tidak, mungkin sudah retak atau cacat permanen.

"Lihat!" titah Denta dingin.

Dengan pikiran aneh yang mengisi kepala, Bartan mengambil handphone Denta. Di ikuti oleh beberapa orang yang melongokan kepala untuk melihat apa yang ingin Denta tunjukan.

Mereka seketika terdiam melihat room chat yang ada di handphone Denta tampilkan.

"Maksud kalian apa?" tanya menatap dingin tiga orang yang namanya terdapat pada pesan itu. "Lo bertiga sengaja mainin gue?"

Bartan menoleh. Ia berdiri menghadap Denta, "Ta, itu bukan kita!" Bartan langsung menyela dengan tegas.

Denta hanya diam.

"Lo lihat sendiri, Ta, kita enggak kenapa-kenapa? Masa kita kirim pesan begituan sama lo." Rogas menimpali dengan raut serius.

"Iya, Ta. Kita mana berani bohong sama lo, atau mainin lo kayak gini," ujar Lanjar menatap Denta penuh harap. Berharap pemuda itu percaya.

"Jangan bohong."

"Lo tau kita seperti apa, Ta." Bartan kembali bersuara. Bartan mengangkat ponsel Denta, menunjukan chat itu, "jujur, Ta, gue nggak tau apa-apa soal ini. Handphone gue hilang pas pulang sekolah tadi."

"Nah, iya, gue ingat!" sahat Tandu yang sendari tadi hanya diam. "Bartan ada bilang sama gue kalau hpnya hilang!"

"Terus?" tanya Denta.

"Gue mana mungkin bisa ngirim chat sama lo setelah hp gue hilang. Jam yang ada disini, disini udah lewat beberapa menit setelah dia hilang. Gue benar-benar enggak tau soal ini," jelas Bartan sembari menunjukan menit pengiriman pesan itu.

"Lo nggak bohong 'kan?" Denta menatap Bartan penuh selidik.

"Sumpah, Ta, gue nggak bohong! Lo bisa cek, tas, pakaian, atau pergi ke rumah gue buat cek dimana hp gue barada. Gie pastiin, enggak ada!"

Denta menghela napas lalu melejit pelipisnya pelan. Ia memejamkan mata sejenak. "Gue percaya sama lo," ucap Denta menatap Bartan. Denta berjalan ke arah sofa yang kosong, duduk disana.

"Terus yang kirim itu siapa?" tanya Rogas. "Aneh, nggak, sih? Kok gue merasa ada yang janggal," timpalnya dengan raut bertanya-tanya.

"Apa coba motif dia kirim begituan? Suruh kita kumpul apa gimana?" tanya Tandu entah pada siapa.

Bartan menatap Denta, "Ta, lo terima chat itu waktu dimana? Lo sendiri atau sama orang? Kalau aja ada sesuatu gitu, supaya lo datang ke markas."

"Gue ... gue waktu itu pengen ngantar Acha pulang."

"Terus?"

BRAKK!

Semua orang terlonjak kaget mendengar suara meja yang di pikul keras oleh Lanjar. "Nah ...,"

Rogas yang di samping Lanjar mengusap dada, mencoba bersabar, "Nah, apaan?"

"Lo pada nggak mikir kalau orang itu punya motif buat PISAHIN DENTA SAMA TASSA!"

Plak!

Tanpa sadar, Tandu menggeplak kepala Lanjar cukup keras, "Lu benar, Jar. Tumben otak lo bener?"

"Sakit, tuyul!"

Denta terdiam mencerna ucapan Lanjar. Seketika matanya melotot menyadari satu hal. Denta langsung berdiri. Tanpa mengatakan sepatah kata, Denta berlari keluar markas.

Mereka sumua ikut menyusul Denta.

TBC

DENTARA(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang