0.8 | EKSPRESIF

9.2K 492 27
                                    

HARGAI DENGAN MEMBERI VOTE!

HAPPY READING!

Manusia. Setiap anggota dalam tubuh manusia memiliki makna dan fungsi. Ada berupa kaki, tangan, mata, hidung, mulut, dan masih banyak lagi anggota luar dan dalam lainnya. Begitu juga dengan jantung. Dia berdetak, berarti menunjukan tanda adanya kehidupan. Manusia yang tanpa jantung itu tidak akan hidup. Bahkan, jika memiliki kerusakan sedikit, walau hanya secelah, mungkin akan memberikan dampak yang besar bagi manusia. Tapi, bagaimana jika setiap menit perdetik, ia terus berdetak kencang bagai sebuah bom yang akan meledak dalam waktu dekat hanya karena sebuah tatapan? Apakah kehidupan yang sebenarnya berasal dari pemilik tatapan itu?

Tatapan tajam bagai mata elang yang mampu membuat predator tidak mampu untuk berkutik sedetik 'pun. Namun, terlihat lembut secara bersamaan. Kelembutan yang mempu membius kesadaran Tassa untuk berjalan pada ilusi buatan yang ada di dasar samudra di dalam manik Denta.

Denta dan Tassa. Pasutri itu tampak saling menatap penuh arti di sebuah ruangan yang bernuansa putih tulang dengan Tassa yang duduk di pangkuan Denta.

Sendari tadi Tassa mati-matian menahan rasa gugupnya karena tatapan itu, serta posisi mereka juga ikut serta membuat jantungnya terasa hampir meloncat keluar. Ia yang duduk di pangkuan Denta dengan kedua tangannya yang mengalung di leher pria itu, dan kedua tangan Denta yang memeluk erat pinggang rampingnya. Sudah hampir setengah jam mereka berdua dengan posisi itu saling menatap satu sama lain. Mengabaikan adanya pergerakan yang terjadi di sekitar.

"Cha,"

Tassa menerjab pelan menatap mata Denta. "I-iya?" ucapnya kaku.

"Gimana perasaan lo?" tanya Denta tiba-tiba.

"H-hah?" Kening gadis itu berkerut mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Denta. "Ma-maksud kamu?"

"Gimana perasaan lo setelah nikah sama gue?"

Tassa terdiam menatap Denta lekat, "A-aku--"

"Jujur," sela Denta lebih dulu.

Tassa meneguk ludah seraya melempar pandangan ke arah lain, menghindari kontak mata dengan Denta. "Aku ...," Tassa mengigit bibir bawahnya, bingung harus berkata.

Denta memegang dagu Tassa, menariknya lembut---menyuruh gadis itu mendongak menatapnya.

Membuat Tassa menahan napas untuk sesaat. "Aku nggak tau," ucapnya seraya menggeleng pelan. Memang benar adanya, setelah menikah dengan Denta, Tassa bingung dengan perasaannya sendiri dan cara mengekspresikan semuanya. Semua ini, menurut Tassa terlalu tiba-tiba.

Cukup lama Denta menatap Tassa sebelum membalas ucapan gadis itu. Hingga membuat Tassa mulai berkeringat dingin akibat gugup dengan perut yang memulas.

"Gue akan menjawab kebingungan lo."

Tassa menerjab pelan, "Maksud kamu?"

Di satu sisi ada Sami yang tampak sibuk menggerakan kuas di atas kertas yang sudah terdapat beberapa warna seraya sesekali melihat ke arah Tassa dan Denta. Pria itu tampak begitu konsentrasi melakukan tugasnya selama hampir setengah jam ini. Hingga kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, tersenyum lebar ketika melihat buah dari usahanya.

DENTARA(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang