Bantu vote dan komentar ya
Suka, jangan lupa Share ke teman-teman literasi kalian🤗Btw, kalau ada tulisan miring itu ingatan ya. Bisa juga bayangan author buat kalian, siapa kalian tau kenapa ini bisa jadi ini, itu-bisa jadi itu. Okey?
Happy reading!
_________________________________________________Hari dimana Tassa dibully
"Naya?!"
Langkah Naya terhenti di lorong yang sepi. Gadis itu mengerutkan keningnya ketika melihat Luna adalah sang pelaku yang memanggilnya. Wajahnya tampak bertanya-tanya mengapa Luna memanggilnya. Seingatnya, ia dan Luna tidak pernah saling sapa. Bahkan ia tidak pernah tersenyum pada Luna. Karena ia tidak menyukai Luna.
Sadar akan satu hal, Naya menatap datar Luna yang baru saja berdiri dihadapannya. "Apa? Pasti lo manggil gue karena hubungan Denta dan Tassa?" tebak Naya tepat sasaran.
Luna tersenyum miring, "So, lo ternyata peka."
"Jangan ganggu mereka!"
Luna menutup mulut dengan tangan kanannya. Matanya dibuat melotot sedemikian rupa. Detik berikutnya ia tertawa keras, "Jangan munafik!" tukasnya setelah tertawa puas.
"Maksud lo apa?" Kedua alis Naya bertautan.
"Naya ... Naya!" Luna menyeringai. Ia melangkah mengelilingi tubuhnya Naya. Lalu berhenti di depan hadis itu, "lo pikir, karena kita kurang saling memperhatikan, gue nggak tau masalah lo apa?"
Wajah bingung semakin tergambar di wajah cantik Naya.
Luna tersenyum miring. Ia menggerakan kepala sedikit ke arah Naya, "Lo suka Denta 'kan?" bisiknya.
Tubuh Naya mematung.
Luna kembali tertawa, "Ternyata keyakinan dan apa yang gue lihat selama ini, benar!" serunya.
Naya memejamkan mata. Ia menarik napas panjang sebelum membuka matanya kembali, "Suka atau enggak, itu bukan urusan lo!"
Naya berbalik badan. Mengurungkan niatnya untuk kembali berjalan ke tujuannya tadi.
"Gue mau ajak lo sekongkol, bikin Tassa menjauh dari Denta."
Naya tetap melangkah, memilukan telinganya.
"So, kalau lo enggak mau, gue siap buat sebar aib keluarga lo ke semua orang supaya lo makin hancur!" lanjut Luna. "Naya si pengecut dan keluarganya yang sudah hancur lebur, kira-kira itu judulnya."
Luna tersenyum miring melihat Naya berhenti. "Gimana?"
"Jangan coba-coba!" Kedua tangan Naya terkepal. Ia menoleh dengan kilatan tajam yang terpancar dari matanya mengarah pada Luna.
Luna tersenyum miring, "So, gue tunggu sampai bel pertanda masuk setelah istirahat kedua berbunyi. Kalau lo nggak dapat cara gimana buat Tassa datang ke ruang seni sesuai waktu yang gue kasih. Lo siap-siap aja semakin hancur dan dapat ucapan menyakitkan dari orang-orang!"
Kedua rahang Naya mengerah. Ia melangkah lebar ke arah Luna, menunjuk wajah tanpa dosa itu dengan geram. "Lo-" Luna mengangkat dagu, menatap Naya menantang. "- licik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DENTARA(SELESAI)
De Todo"Setiap langkah, setiap detik, percayalah. Satu perlawanan dari seseorang sedikit pun akan aku pastikan hidupnya tidak tenang jika berani melukaimu." -Dentara Aksapranaja "Manusia itu hanya titipan. Mereka bisa saja kembali tanpa kamu ketahui, jadi...