1.6 | C A R E

5.3K 328 7
                                    

HARGAI DENGAN MEMBERI V O T E

HAPPY READING

Siswa siswi tampak berbondong-bondong keluar kelas menuju kantin. Ada yang berlari, saling mengejar, berjalan sembari bercanda, dan masih banyak lagi. Mereka tampak lebih ceria daripada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Wajar saja karena belajar adalah hal yang begitu menguras otak. Lelah bukan hanya soal bergerak, tapi duduk diam dan tanpa henti berpikir juga salah satu penyebab rasa lelah.

Begitu pula dengan Tassa, ia juga lelah. Bukan lelah memikirkan pelajaran, melainkan memikirkan alur hidupnya yang terombang-ambing seperti roller coster. Ditambah sikap aneh Denta yang tidak mau mengajak mengobrol bahkan menatapnya dari pagi tadi. Apalagi saat dimeja makan, Denta tidak mau menatapnya barang sekali walaupun ada di sampingnya membuat Tassa merasa dirinya seperti butiran debu yang tidak terlihat.

Entah apa yang terjadi dengan pria Itu. Setelah kejadian suap-suapan kemarin malam sikapnya tiba-tiba berubah.

Tassa menghela napas. Tangannya terulur menggapai sebotol air mineral yang ada di atas meja. Memakan kebab tanpa minum membuat Tassa merasa haus. Tassa meletakan botol mineral Itu di atas meja, bola matanya berputar melihat sekeliling. Tanpa sengaja maniknya bertemu dengan manik hitam kelam nan tajam milik Denta beberapa detik hingga pria itu membuang muka.

"Kenapa lo, Nay?" Adel menatap  datar Naya yang tiba-tiba tersenyum malu-malu.

Kepala gadis itu menggeleng kecil. Lalu ia memasukan bakso yang tersisa satu ke dalam mulutnya tanpa menjawab pertanyaan Adel.

Tassa menatap Naya dari samping dengan lekat. Lalu ia menolehkan kepala pada arah pandang Naya semulanya. Ia tersenyum tipis. "Gimana keadaan kamu, Nay?" tanya Tassa ketika teringat kejadian malam itu.

"Naya kenapa?" tanya Rena.

Adel melirik Naya dan Tassa menunggu jawaban sembari mengunyah permen karet yang ada  di mulutnya setelah baru saja menyelesaikan makannya.

"Naya-"

Naya menahan tangan Tassa. Ia tersenyum tipis dengan kepala  menggeleng kecil. Jujur, Naya tidak ingin mengingat kejadian itu. "Jangan," gumamnya pelan.

"Ihhhh! Kok gitu?!" Rena memajukan bibir menatap Naya dengan mata menyempit karena telinga tajamnya tanpa sengaja mendengar.

"WOYYY, SMA DIRGANTARA DI SERANGGGG!" Seorang siswa tiba-tiba berteriak di depan kantin setelah datang dari arah timur, dari arah pintu gerbang depan. "CARI AMAN, MEREKA MANGGIL NAMA DENTA SAMA ANAK BUAHNYA!!"

PRANGG!

Denta melempar garpu yang ia pegang dengan keras ke lantai. Dengan kasar ia beranjak dari kursi lalu berlari keluar kantin. Semua orang terdiam menatap Denta. Tersadar, teman-temannya ikut keluar mengejar Denta yang sudah lumayan jauh.

"JANGAN ADA YANG IKUT! KALIAN TETAP DI SINI! DI LUAR BAHAYA!!" Tandu yang berlari paling akhir membalikkan badan dan membuka lebar-lebar kedua tangannya ketika melihat ada beberapa siswi hendak ikut keluar.

"Tapi itu tugas kami, bukan tugas kalian!" Arman si ketua osis yang berniat ke depan menatap tajam Tandu dengan di belakangnya terdapat tiga temannya yang juga merupakan anggota osis.

Tandu terkekeh geli. Ia menatap Arman dari atas sampai bawah, "Lo enggak liat pakaian lo? Tampang culun kayak gini mau ikut halangin anak berandalan! Mau mati lo sama mereka? Urus yang lain sono!" usir Tandu dengan kekehan geli masih ia perlihatkan.

DENTARA(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang