02:00
Drrrttt
"Hallo?"
" ..."
"Oke, Denta sekarang kesana."
Denta memasukan ponsel ke dalam saku celana. Pias wajahnya terlihat terkejut. Ia mengusap wajah dengan kasar menggunakan telapak tangannya, menatap lekat ke arah Tassa.
"Cha, maaf ... lo gue tinggal sebentar. Ada masalah besar di rumah." Denta mengusap rambut Tassa, mengecup pelan keningnya. Setelah itu ia beranjak keluar ruangan.
CEKLEK
Tanpa Denta sadari, pintu terbuka sepeninggalanya.
...
"Siap siaga PHOENIX di lapangan biasa."
Denta si pemilik kalimat singkat nan tegas itu mengirimkan pesan suara pada grup whatApss. Tidak menunggu lama, tanggapan-tanggapan dari anggota-anggotanya mulai muncul.
Ia memasangkan helm full face lalu melajukan kendaraan untuk keluar dari pekarangan rumah sakit. Ya, sebelum pergi Denta menyempatkan mengirimkan pesan kepada sahabat-sahabatnya untuk mengumpulkan anggotanya.
Dalam perjalanan meninju parkiran tadi, Dinar menyampaikan bahwa orang-orang kembali berdatangan, bahkan lebih banyak hingga mereka melempari rumahdengan batu kerikil yang enciptakan suara berisik yang membuat Dinar terbangun dan merasa takut karena ia sendirian di rumah.
Motor yang Denta pakai berhenti tidak jauh dari rumah, sekitar enam puluh meter. Dari kejauhan itu ia dapat melihat ada lumayan banyak motor dan orang-orang di sekeliling rumahnya yang melempari batu. Dan sepertinya Denta tahu siapa yang membuat onar di rumahnya. Tatapan Denta menajam ke depan. Beberapa detik kemudian kaca helm ia turunkan hingga menimbulkan suara Krek.
Lalu ia memegang erat stang. Mengoper gigi motor itu. Detik berikutnya ia melaju dengan kecepatan tinggi. Ketika sudah begitu dekat ia menekankan gas sembari memainkannya,menciptakan suara bising yang membuat semua pasang meta menoleh ke sumber suara.
Beberapa detik mereka terdiam menatap Denta. Hingga setelah Denta kembali melajukan motornya, baru itulah mereka sadar bahwa yang tadi menyapa dengan suara bising adalah orang yang dicari.
"KEJARRRR!" teriak salah seorang dari mereka yang tidak bukan adalah Mario--ketua LEONOR. Masih ingat nggak? Itu yang pernah nyerang SMA Dirgantara dulu.
Alih-alih berhenti Denta kembali menambah kecepatan hingga full. Di balik helm matanya menajam menatap sekitar. Berkendara di malam hari sepertu ini perlu penglihatan yang terang dan konsentrasi yang penuh agar tetap terjaga. Hingga benda keras yang kecil membuat fokus Denta terpecah.
BUGH!
"AAAAAAH"
Denta memekik kaget ketika ada benda kecil yang keras mengenai pinggangnya. Hal itu hampir saja membuatnya kehilangan kendali atas motornya kalau saja ia tidak menghentikannya. Ia menoleh, "Sial!" umpatnya menyadari ia dilempar sengaja dengan batu, lalu ia kembali melajukan motor.
"Berhenti lo pengecut!"
"WOYYY!"
"Takut lo sama kita? BERHENTI!"
Perduli setan ia dikatakan pengecut, Denta sangat tidak perduli. Ia kabur bukan berarti akan lari, hanya saja Denta menunggu bala bantuannya yang sedang dalam perjalanan. Bodoh jika ia berhenti. Sama saja ia menyerahkan nyawa untuk mereka yang jumlahnya sekitar lima puluh orang. Satu banding lima puluh. Denta tidak yakin akan masih bisa bernapas jika ia berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENTARA(SELESAI)
Random"Setiap langkah, setiap detik, percayalah. Satu perlawanan dari seseorang sedikit pun akan aku pastikan hidupnya tidak tenang jika berani melukaimu." -Dentara Aksapranaja "Manusia itu hanya titipan. Mereka bisa saja kembali tanpa kamu ketahui, jadi...