2.6 | SKENARIO TUHAN

4.4K 261 85
                                    

"Jangan pernah marah dengan skenario Tuhan. Karena sebelum kamu dilahirkan oleh ibumu, kamu sudah berjanji untuk menerima takdir ini."

- Tassa Aideleid Melvaro-

CEKLEK

Seorang pemuda masuk ke dalam ruangan bernuansa putih tulang dengan raut wajah khawatir. Dadanya naik turun menandakan bahwa ia baru saja berlari dari tempat yang jauh. Lalu ia berjalan tergesa-gesa menghampiri kasur rawat.

"Hiks ... hiks ... hiks!"

Denta mendapati Tassa menangis sesengukkan dengan mata tertutup rapat. Denta menatap teman-temannya yang tampak bingung.

"Dia tadi baik-baik aja. Tapi, entah kenapa, dia tiba-tiba nangis. Lama-lama dia seseukkan," jelas Lanjar.

"Tassa kenapa?" lirih Rena menatap Tassa bingung sekaligus sedih.

Denta mengalihkan pandangan ke arah Tassa. Ia menunduk, "Cha?" panggilnya. Walaupun Denta tahu itu percuma, tapi Denta akan tetap mencobanya.

"Acha?"

Tidak ada respon.

Denta menoleh menatap teman-temannya sebentar. Lalu ia kembali menatap Tassa.

"Acha?" Denta memegang kedua bahu Tassa, menggoyangkannya pelan. "Acha!" ucapnya lagi.

Alih-alih berhenti menangis, Tassa semakin seseukkan hebat. Hal itu membuat Denta dan teman-temannya merasa khawatir.

"Tassa?"

"Tassa lo kenapa?"

"Atau apa-apa terjadi sama dia disana?"

"Lo ngomong apa?" Adel melempar tatapan heran ke arah Rena yang berbicara seperti itu.

"Orang koma itu, sama kayak orang tidur. Tassa pasti merasa kalau dia lagi mimpi. Dan gue tebak, kalau Tassa itu mimpi buruk," jelas Rena menyempatkan diri. "Kadang mimpi buruk bisa berakibat fatal," timpalnya spontan.

"Mitos!"

"Itu kata nenek buyut gue."

Denta yang memiliki pendengaran tajam, jelas mendengarkan hal itu. Pertanyaan-pertanyaan dan prasangka buruk mulai bermunculan di kepalanya. Tentang apa yang Tassa mimpikan? Apakah mimpinya itu sangat menyakitkan sampai-sampai ia menangis seseukkan seperti ini? Padahal gadis itu koma.

"Cha ... Acha ... Acha!" Denta menatap lesu Tassa sembari menggoyangkan tubuh Tassa lagi. Ia tidak bisa berpikir jernih karena dilanda kepanikan. Pertanyaan dan dugaan di dalam otaknya membuat Denta merasa khawatir.

"Acha, sadar!" Denta kembali menggoyangkan tubuh Tassa namun sedikit bertenaga.

Suara derap langkah berlari menghampiri mereka.

"Astafirullah! Denta kamu ngapain? Kenapa kamu gituin Tassa? Sadar, Denta! Dia lagi koma!" Dinar yang baru saja datang bersama Danu membulatkan mata dengan apa yang Denta lakukan.

"Hahh hah hah hahhh ...," Suara napas Tassa tiba-tiba terdengar. Membuat semua pasang mata menatapnya dengan melotot keget.

Denta menggelengkan kepala. Melihat Tassa seperti itu membuat otaknya menerka-nerka kejadian buruk. Ia menggelengkan kepala mencoba berpikir positif, "Cha ... Acha! Acha, sadar!" Denta semakin menjadi-jadi menggoyangkan tubuh Tassa. Matanya berkaca-kaca.

DENTARA(SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang