Hai ...
Double up ya🤗😘 VOTE dan KOMEN dong! Emang engga wajib, tapi harus🔥
Aku harap kalian bisa terima ending gimana aja yang aku tulis ya. Aku hargai beberapa pendapat dari kalian, tapi aku juga harus bisa memilih. Ending ini udah tertulis sebelum cerita ini berhasil mencapai readers sebanyak 121 ribu. Btw, Makasih banyak buat kalian yang udah mau baca, vote, dan komentar. Aku sayang sama kalian.
Sebagai author, aku enggak boleh plin-plan. Aku juga punya karakter buat cerita aku sendiri dan ending yang sudah ditentukan dari awal. Aku harap kalian bisa terima😍😘
Apapun hasilnya, kalian tenang aja. Aku akan buat SEQUEL DENTASSA! Janji, Deh
✌😌SELAMAT MEMBACA DAN JANGAN LUPA NAPAS SAMBIL BACA😂
•
•
•
"Takdir itu semacam jalan yang penuh dengan kabut, tidak dapat dilihat ujungnya seperti apa. Kita sebagai manusia hanya bisa berjalan, dan bersiap menerima apa yang mengadang di depan."...
"Bukan perihal nasib. Ini tentang takdir yang sudah ditentukan. Namun, sebuah takdir tidak bisa melawan usaha. Jadi, takdir bukan bergantung pada nasib, melainkan usaha orang itu sendiri."
Matahari sudah tampak tidak terlihat dari upuk barat barat sana, hanya sedikit secercah cahaya yang terlihat sedikit berwarna jingga. Sunset sudah lewat beberapa menit yang lalu dan berganti dengan bulan bulat yang mulai bersinar terang di atas sana. Beberapa dari ribuan bintang pun mulai menampakkan diri malam ini. Sekarang cuaca terlihat mendukung.
"Sekarang kita kemana, Ta?"
"Cari masjid." Bersamaan dengan itu Denta membelokkan stang ke kiri, memasuki halaman bangunan megah dan Indah. Beberapa orang baik laki-laki perempuan berjalan masuk ke dalam. Denta melepas helm yang ia pakai, lalu turun setelah memastikan Tassa turun. "Kita sholat magrib dulu, setelah itu cari makan."
Tassa mengangguk. Keduanya melangkah bersama dan berpisah ketika mencari tempat untuk berwudhu.
Baju keduanya tidak lagi sama seperti yang mereka pakai saat jalan-jalan tadi. Karena baju mereka berdua kotor, di pertahanan tadi Denta menyempatkan diri berhenti di butik untuk membeli baju.
Lebih seperempat jam, keduanya kembali bertemu di tempat motor mereka terparkir. Denta merogoh saku, mengeluarkan uang dari dalam sana dan memasukan uang merah jambu itu ke dalam kotak amal yang tidak jauh dari tempat berdiri.
"Ayo!"
Tassa ikut naik ke atas motor Denta. Tanpa di minta, wanita itu langsung memeluk pinggang Denta. Ia tampak tidak perduli dengan pandangan orang lain yang melihat mereka. Toh juga sudah, sah. Kalau belum, itu besar kemungkinan Tassa akan malu.
"Kita cari makan dimana, Ta?!" tanya Tassa sedikit mengeraskan suara. "Perasaan banyak tempat makan yang udah kita lewatin!"
"BENTAR LAGI!"
Tassa hanya mengangguk mengerti. Ia melewatkan dagu pada bahu Denta, menatap lurus ke depan. Tidak lama setelah itu Denta kembali membelokkan stang dan berhenti di depan sebuah warung kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENTARA(SELESAI)
Random"Setiap langkah, setiap detik, percayalah. Satu perlawanan dari seseorang sedikit pun akan aku pastikan hidupnya tidak tenang jika berani melukaimu." -Dentara Aksapranaja "Manusia itu hanya titipan. Mereka bisa saja kembali tanpa kamu ketahui, jadi...