3. Elang

19.6K 2.3K 381
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Elang dengan tajam.

Tasya sontak terkejut ketika mendengar suara Elang yang menyeramkan. Tasya menelan ludahnya karena takut. Jantungnya masih berdetak dengan kencang. Sungguh, dia merasa sangat takut sekarang.

Elang mengangkat pisau di tangannya, lalu mengangkat dagu Tasya dengan pisaunya. Pisau itu masih berlumuran darah segar, ah, baunya begitu amis.

"Saya tanya sekali lagi, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Elang mengulanginya dengan penuh penekanan.

Tasya tidak tahu harus menjawab seperti apa. Bibirnya terasa terkunci. Tenggorokkannya tersendat. Tasya melirik ke samping, di situ ada Mina. Tasya menampilkan ekspresi takutnya dan memohon untuk ditolong. Namun, Mina pun tidak tahu harus berbuat apa. Dia juga bingung dan takut. Takut jika dia salah langkah dan malah akan lebih membahayakan Tasya.

"Punya mulut, ‘kan?!" Suara Elang semakin meninggi. Tasya dibuat semakin takut. Kakinya terasa lemas dan sudah tidak bisa berdiri tegak lagi.

"Tuhan, tolong Tasya. Tasya tidak mau mati di tangan orang ini."

Raut wajah Elang tiba-tiba berubah, yang tadinya terlihat sangar dan menakutkan, kini menjadi raut bingung dan penuh selidik. Tetap saja, itu membuat Tasya masih merasakan takut.

Elang mengangguk-anggukkan kepalanya tiba-tiba dan menurunkan pisaunya dari dagu Tasya. Aksi itu membuat Tasya sedikit bingung.

"Kamu perempuan yang menatap saya di kantin tadi pagi, 'kan?" Tasya mendadak mematung ketika mendapat pertanyaan seperti itu. Apa maksudnya? "Kamu suka sama saya?"

Apa?! Yang benar saja. Bagaimana bisa seorang Tasya menyukai seorang pembunuh sepertinya? Jika itu memang terjadi, itu berarti sama saja seperti dia bunuh dirinya sendiri secara perlahan.

Tasya menggeleng cepat. "Tidak. Aku tidak mungkin menyukai seorang laki-laki sepertimu. Tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi!" ujar Tasya dengan tegas.

Elang mengangkat satu alisnya ke atas dengan raut bingung. "Oh, benarkah begitu? Bukankah kamu sama saja seperti perempuan lainnya yang menyukai saya karena wajah saya?”

Elang berjalan lebih mendekat dengan senyum seringainya, sedangkan Tasya harus terus berjalan mundur dengan takut untuk menghindar.

"Argh!" teriak Tasya ketika pergelangan tangannya ditarik oleh Elang. Kini posisi Tasya sudah berada di dekapan Elang.

Elang mengangkat dagu Tasya untuk membuat Tasya menatap wajahnya. Namun, Tasya malah menutup matanya dan menampilkan raut takutnya. Elang yang melihat wajah ketakutan Tasya itu hanya tersenyum miring.

"Tunggu, apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Tidak, bukan di kantin sekolah, tetapi di suatu tempat yang lain.” Elang terus menatap wajah Tasya seraya berpikir, lalu menggeleng cepat. “Ah, benar, itu tidak mungkin.”

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang