13. Jauhi atau mati!

11.7K 1.3K 43
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

"A-apa yang terjadi?" Tasya terkejut ketika melihat dua orang suster dan satu dokter yang berada di ruangan UGD kedua orang tuanya. Tasya melihat mereka yang hendak melepaskan selang oksigen dan selang infus dari kedua orang tuanya.

Tasya menggeleng cepat, tangisnya kembali hadir. Dia segera berderap mendekat menghampiri mereka semua. Tasya berhenti tepat di depan ranjang ibunya. Dia menatap suster yang sedang melepaskan selang infus dari tangan ibunya dengan penuh tanda tanya.

"Apa yang Suster lakukan? Kenapa selang oksigen dan infusannya dilepas? Apa ibu saya sudah sembuh?" tanya Tasya. Suster itu hanya diam seraya menatap Tasya dan sang Dokter secara bergantian. "Kenapa diam? Benar, 'kan? Ibu dan ayah saya sembuh, kan, Sus, Dok?"

"Maaf sebelumnya, kamu ini siapanya Pasien, ya?" tanya Dokter.

"Saya Tasya, saya anak kandung mereka," jawab Tasya, "bagaimana keadaan mereka? Mereka sudah sembuh, 'kan?"

"Maaf, kami sudah berusaha untuk menyelamatkan mereka. Namun, Tuhan berkehendak lain. Pasien telah meninggal dunia," jawab Dokter yang ber-name tag Rika. Dia menatap Tasya dengan tatapan penuh sesal.

Tasya menutup mulut dengan telapak tangannya tidak percaya. Tasya menggeleng-gelengkan kepalanya dan dengan sekejap air matanya mengalir semakin deras. "Tidak mungkin. Tidak mungkin, Dok. Kalau mereka sudah meninggal, pasti arwah mereka ada di sini. Tapi, saya tidak melihat mereka. Mereka tidak meninggal, mereka hanya tidur saja. Sebentar lagi mereka pasti bangun."

"Ibu, bangun, Bu. Ibu, bangun dong, kasih tau mereka kalau ibu cuma tidur sebentar." Tasya menggoyang-goyangkan tubuh ibunya, berharap ibunya akan bangun. "Bangun, Bu. Tasya mohon."

Tidak ada respons, yang Tasya rasakan sekarang hanyalah dingin. Tubuh ibunya terasa begitu dingin. Tasya beralih ke ayahnya, dia mendekatinya dan menggoyangkan tubuh ayahnya seperti yang dia lakukan ke ibunya.

Tetap saja, semuanya tidak merespons. Hanya hawa dingin dia rasakan. Tasya memeluk tubuh kaku ayahnya itu dengan erat hingga rintihan kembali terdengar dari mulutnya.

"Bagaimana?" Tasya sigap mencari arah suaranya. "Ditinggalkan oleh orang yang disayang, pasti sangat menyakitkan, bukan?"

Tasya melepas pelukannya dan kembali mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang UGD. Dia tidak memedulikan dua suster dan Dokter Rika yang sedang menatapnya bingung sekarang.

"Ingat, ini hanya peringatan. Cepat jauhi Elang dan biarkan aku membalas dendamku padanya! Jangan pernah berani-beraninya mencampuri urusanku!" Suara itu semakin terdengar keras, membuat Tasya sedikit terkejut. "Kalau kamu tetap keras kepala untuk mencampuri urusanku, kamu yang akan aku bunuh selanjutnya!"

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang