18. Membaiknya Hubungan

10.1K 1.1K 4
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

"Apa yang ingin kamu bicarakan dengan saya?" tanya Elang tanpa berbasa-basi lebih dulu.

Tasya meletakkan air teh manis di meja depan Elang. "Minum saja dulu. Maaf untuk yang tadi."

Ya, saat ini mereka semua telah berada di rumah Tasya. Tasya mengusulkan untuk bicara di rumahnya saja, karena takut hantu Lina itu datang kembali. Jika sudah seperti itu, Tasya harus bagaimana? Sedangkan, air yang diberikan Eka telah habis digunakan saat di Jalan Delima tadi.

Tasya mendudukkan dirinya di sofa yang lain. "Kenapa kamu ada di sana? Kamu habis ngapain?" tanya Tasya kemudian.

"Hanya lewat. Saya habis dari rumah teman." Elang meneguk minuman teh manis hangat yang disiapkan oleh Tasya tadi dengan cepat.

Tasya sontak menatap Elang dengan penuh intimidasi. "Jangan coba-coba untuk berbohong, Elang. Kamu melakukannya lagi, 'kan?!"

"Uhuk! Uhuk!" Elang menghentikan aksi minumnya ketika tersedak. "Apa yang kamu maksud?"

"Kamu melakukannya lagi. Menghilangkan nyawa seseorang, kamu melakukannya, kan, Elang?" Tasya menatap lekat manik mata Elang. Elang yang ingin membuka mulutnya untuk berbicara seketika terhenti oleh suara Tasya. "Jangan mencoba-coba untuk membohongiku. Aku bisa saja menjauhimu lagi dan membiarkan arwah Lina itu membunuhmu."

Elang terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Iya, saya memang melakukannya lagi, tapi bukan---"

"Kenapa?" tanya Tasya terdengar sedikit geram.

"Hantu-hantu itu terus mengganggu semenjak kamu menjauh, saya stres, maka dari itu saya cari pelarian dan kembali melakukan itu." Elang mulai menjelaskannya kepada Tasya dengan hanya bisa menunduk. "Saya tidak bisa berpikir jernih untuk mencari pelarian lain selain melakukannya lagi."

Tasya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu memang benar-benar bodoh, Elang!" cibir Tasya tajam, "aku tegaskan lagi sama kamu, jangan pernah ngelakuin hal semacam itu lagi!" Elang hanya menunduk tanpa memberikan respons. "Dengarkan aku, Elang!"

"Iya!" seru Elang spontan. Dia menatap Tasya. "Iya, untuk beberapa waktu. Saya akan jauhi kebiasaan itu. Saya—"

"Beberapa waktu kamu bilang?" Tasya tersenyum remeh. "Maksud kamu beberapa waktu itu apa? Kamu akan melakukannya lagi di kemudian hari? Itu artinya percuma saja. Kamu memang sudah tidak memiliki hati. Kalau begini keadaannya, lebih baik aku menyerah. Selesai!"

Tasya mengalihkan pandangannya ke arah Resti. "Ibu dengar sendiri, 'kan? Dia memang keras kepala. Dia bahkan sudah tidak punya hati, mungkin dia sudah bukan termasuk ke golongan manusia. Maaf, Bu, tapi Tasya benar-benar udah capek kalau harus ladenin dia lagi."

Melihat Tasya yang ngomong sendirian itu membuat Elang memasang raut bingung. "Ibu? Siapa yang kamu maksud?"

Mendengar pertanyaan Elang, Tasya sontak melirik Elang sekilas. "Mama kamu. Dia ada di sini. Dia juga yang meminta aku untuk menemuimu dan mengubahmu jadi manusia normal lagi. Terserah kamu mau percaya atau tidak, tapi mama kamu memang benar-benar ada di sini. Tepat di sebelahku."

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang