5. Rooftop

18.8K 2.1K 244
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

"Aku sudah datang ke sini, cepatlah, katakan apa maumu!” ucap Tasya tanpa basa-basi.

Elang hanya menampilkan senyum miringnya, lalu terkekeh remeh. "Sudah saya bilang, 'kan? Saya hanya ingin nyawamu."

"Jangan macam-macam denganku! Kamu bilang aku harus ke sini untuk menemuimu dan membiarkanku terus hidup. Hanya pria bajingan yang mengingkari ucapannya! Apalagi diucapkan kepada perempuan. Kamu pikir aku takut?!" Sebenarnya Tasya takut, benar-benar takut. Namun, dia tidak sendirian di sini. Masih ada Mina yang akan membantunya jika Elang menyerang.

Elang kembali terkekeh dan mendudukkan dirinya di bangku panjang sebelah kanan pintu Rooftop. Elang menepuk-nepukkan tangannya di samping dia duduk. Tasya yang melihatnya hanya diam dengan raut bingung. Begitupun juga dengan Mina, dia masih mempertahankan posisi kewaspadaannya terhadap Elang.

"Saya tidak akan menyakitimu, duduklah!" suruh Elang seraya kembali menepuk-nepuk bangku tersebut.

Tasya dan Mina saling tatap untuk sekilas. Melihat Mina yang menganggukkan kepalanya, Tasya pun menghela napas berat dan berjalan menghampirinya. Tasya duduk di samping Elang. Ah, tidak, sebenarnya Tasya duduk dengan memberi jarak antara dirinya dan Elang.

"Kenapa duduknya jauhan begitu? Sudah saya bilang, 'kan? Saya tidak akan menyakitimu," ucap Elang lagi seraya memberi penegasan.

"Aku hanya mengambil sikap waspada saja. Cepatlah, katakan apa maumu dan apa tujuanmu yang sebenarnya membawaku ke sini? Aku tidak punya banyak waktu, ibuku menungguku di rumah. Aku tidak mau membuat ibu khawatir." Tasya berbicara dengan nada dingin terus-menerus.

"Ibu, ya?" gumam Elang pelan seraya menundukkan kepalanya dalam. Tasya yang mendengar itu pun sontak memusatkan pandangannya ke arah Elang dengan bingung. "Wanita itu? Ibu?”

Tasya sontak dibuat bingung dengan apa yang Elang gumamkan. "Memangnya ada apa dengan ibumu?" Tasya menutup mulutnya dengan cepat. Sungguh, dia tidak bermaksud untuk menanyakan itu. Pertanyaan itu keluar dengan sendirinya.

"Sudahlah, lupakan saja. Tidak ada gunanya juga kalau membicarakan dia." Dari raut wajah yang ditampilkan oleh Elang sekarang, Tasya melihat ada aura kebencian yang begitu besar dari dalam hati Elang. Tasya tidak tahu kenapa dia bisa menyimpan rasa benci itu sampai sebesar sekarang.

"Balik ke topik awal," ucap Elang, "di sini hanya kamu yang tau siapa sebenarnya saya. Jadi, saya minta sama kamu, kamu rahasiakan masalah ini kepada siapa pun. Kalau kamu berani membocorkannya, kamu tau, kan, taruhannya apa? Nyawa!"

"Ada hak apa kamu nyuruh-nyuruh aku? Aku berhak dong mau membocorkannya atau merahasiakannya, itu bukan urusanmu," celetuk Tasya terdengar begitu berani menentang.

Elang terkekeh remeh. Bagaimana bisa dia bertemu dengan orang yang sok berani di hadapannya. Baru kali ini dia menemukannya, itu membuat Elang semakin penasaran dengannya.

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang