9. Ancaman

15.5K 1.6K 7
                                    

¤¤¤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤¤¤

"Bagaimana menurutmu, Mina?" tanya Tasya dengan raut bingung. Tasya menghela napas lelah. "Apakah aku harus membantunya atau tidak?"

"Itu tergantung denganmu, Tasya. Aku tidak memiliki hak untuk memberikan keputusan. Ini bukan suatu hal yang mudah untuk kamu lakukan. Apa pun keputusanmu, aku akan selalu berada di sampingmu, Tasya.”

Tasya masih bergelut dengan pikirannya. Dia harus bagaimana? Apakah dia menerimanya untuk membantu atau menolaknya? Namun, Tasya tidak tega untuk menolaknya.

"Dia bahkan tidak bercerita padaku sedikit pun masa lalunya. Lalu, bagaimana bisa aku mengetahui masalah apa yang sebenarnya terjadi. Dia hanya bilang padaku agar aku mintakan maaf pada Elang untuknya." Tasya kembali berpikir, begitupun juga dengan Mina. "Aku memang merasakan ada aura penyesalan dan perasaan bersalah yang mendalam. Aku tidak tega untuk menolaknya, Mina. Aku harus bagaimana?"

"Tasya," panggil ibunya Tasya yang tiba-tiba datang.

Sontak Tasya dan Mina menoleh ke sumber suara. "Ada apa, Bu?" tanya Tasya dengan tatapan bingung.

"Ibu ingin pergi dulu sebentar, ya. Kamu jaga rumah tidak apa-apa, 'kan?" Tasya mengangguk saja. "Baiklah, ibu pergi dulu, ya. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Pintu kamar Tasya tertutup kembali. Dia memikirkan masalah Elang lagi. Entah kenapa kepalanya begitu dipenuhi oleh nama Elang. Apakah ini adalah suatu pertanda kalau dia harus menolong Elang?

"Tasya, apakah kamu masih memikirkan tentang Elang lagi?" tanya Mina kepada Tasya dengan penuh hati-hati. Tasya mengangguk pelan. "Pikirkanlah matang-matang, jangan terlalu terburu-buru untuk memutuskan. Apa pun keputusanmu, aku akan tetap berada di sampingmu, Tasya."

Tasya mengangguk kembali. "Terima kasih, Mina."

***

Drrtt!

Ponsel Elang bergetar, menandakan ada panggilan masuk. Elang segera mengambil ponselnya ada di atas meja ruang TV, lalu segera menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.

"Halo," sapa seorang pria dari seberang telepon sana.

"Hm? Ada apa?" tanya Elang seraya memutar bola matanya dengan malas.

"Ke mana saja? Sudah beberapa hari ini kamu tidak melakukannya lagi. Kenapa? Apakah telah terjadi sesuatu? Atau, kamu berniat akan berhenti membunuh?"

Indigo vs Psikopat 🔞 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang